SuaraJogja.id - Presiden Turki Tayyip Erdogan berencana mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ukraina pada Kamis (3/2) setelah menempatkan Turki sebagai mediator untuk meredakan ketegangan dengan Rusia, kata seorang pejabat yang mengatakan tidak memihak sisi mana pun dalam krisis itu.
Pejabat Turki itu mengatakan kepada Reuters bahwa negara itu berharap ketegangan akan mereda setelah pertemuan tersebut di Kyiv.
Pada Rabu (2/2) kedua pemerintah negara itu mengatakan akan menandatangani perjanjian perdagangan bebas dan kesepakatan lainnya.
Rusia telah membantah rencana untuk menyerang Ukraina di tengah kekhawatiran banyak negara Barat atas pengerahan lebih dari 100.000 tentara dekat perbatasan, tetapi telah menuntut jaminan keamanan dari Barat.
Kunjungan Erdogan menyusul kunjungan para pemimpin anggota NATO, yakni Inggris, Polandia, dan Belanda ke Kyiv di tengah kebuntuan.
Turki telah menjalin hubungan baik dengan pemerintah Ukraina dan Rusia tetapi akan melakukan apa yang diperlukan sebagai anggota NATO jika Rusia menyerang.
Pada November 2021, Turki menawarkan untuk membantu meredakan tegangan yang meningkat dan bulan lalu sumber diplomatik Turki mengatakan baik Rusia maupun Ukraina terbuka terhadap gagasan itu.
Secara terpisah, pejabat anonim Turki mengatakan Erdogan akan meminta kedua belah pihak untuk menahan diri dan menambahkan bahwa Turki ingin melanjutkan kerja samanya dengan kedua negara yang sangat penting itu.
“Pendekatan Turki, yakni tidak memihak satu sisi atau membela terhadap satu negara dalam ketegangan itu,” kata pejabat tersebut.
Baca Juga: Negaranya Diusik Rusia, Petinju Ukraina Siap Turun Tangan Kawal Kemerdekaan
“Dengan inisiasi Erdogan dan dengan beberapa pesan yang ia akan sampaikan, kami berharap ketegangan akan mereda,” ujar sumber tersebut.
Turki, Ukraina dan Rusia dipisahkan oleh Laut Hitam. Erdogan telah mengatakan konflik tidak akan dapat diterima di wilayah itu dan memperingatkan Rusia bahwa serangan tidak lah bijaksana.
Sementara menjalin kerja sama dengan Rusia di bidang pertahanan dan energi, Turki telah menentang kebijakan pemerintahan Rusia di Suriah dan Libya serta aneksasi atas semenanjung Krimea pada 2014.
Negara itu juga menjual pesawat nirawak (drone) yang canggih kepada Ukraina dan meneken kesepakatan untuk memproduksi lebih banyak di dekat Kyiv yang menyulut kemarahan Rusia.
Perdana Menteri Ukraina mengatakan pada Rabu bahwa Ukraina dan Turki akan menandatangani puluhan perjanjian, termasuk kesepakatan perdagangan bebas selama pembicaraan di Kyiv.
Berita Terkait
-
Tak Ingin Pecah Perang, Presiden Erdogan Nyatakan Turki Siap Jadi Tuan Rumah Perundingan antara Rusia dengan Ukraina
-
Wartawati Ditangkap Jam 2 Pagi, Dituding Samakan Presiden Erdogan dengan Sapi
-
Turki Bakal Berubah Nama Jadi Turkiye, Ini Alasan Presiden Erdogan
-
Video Presiden Turki Recep Rayyip Erdogan Baca Al-Qur'an, Suara Merdunya Tuai Sorotan
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Pengujian Abu Vulkanik Negatif, Operasional Bandara YIA Berjalan Normal
-
Tabrakan Motor dan Pejalan Kaki di Gejayan Sleman, Nenek 72 Tahun Tewas di Lokasi
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Tak Terdampak Erupsi Semeru, Bandara Adisutjipto Pastikan Operasional Tetap Normal
-
AI Anti Boros Belanja Buatan Pelajar Jogja Bikin Geger Asia, Ini Kecanggihannya!