Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Jum'at, 04 Februari 2022 | 11:04 WIB
Penampakan RSLKC Bambanglipuro, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul. (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir. Yang terbaru ialah sebanyak 17 siswa SMAN 2 Bantul terkonfirmasi positif Covid-19.

Kepala Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) Kapanewon Bambanglipuro dr Tarsisius Glory menyampaikan, sampai saat ini ada 41 pasien yang tengah dirawat di RSLKC Bambanglipuro. Dari jumlah itu, 17 diantaranya merupakan siswa SMAN 2 Bantul.

"Paling banyak memang dari siswa-siswa SMAN 2 Bantul. Yang lainnya adalah pelaku perjalanan, wisatawan, dan ibu hamil yang sedang diisolasi di sini," kata dia kepada SuaraJogja.id, Kamis (3/2/2022).

Menurutnya, gejala yang dialami oleh para pasien yakni batuk ringan tapi sudah mengganggu, tenggorokannya terasa tidak enak, dan batuk berlendir. Kendati demikian, mereka tidak kehilangan indra penciuman atau perasa (anosmia).

Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 3 Februari: Positif 10.317, Sembuh 4.367, Meninggal 24

"Gejala yang dialami seperti gejala Omicron, gejalanya kan memang relatif ringan. Kalau Delta kan gejalanya demam tinggi, sesak napas, bahkan saturasi oksigennya rendah," paparnya.

Perihal siswa SMAN 2 Bantul yang tertulari virus corona, katanya, terindikasi varian Omicron. Untuk itu, pihaknya langsung menjemput mereka usai hasil tes swab PCR-nya positif.

"Seharusnya mereka dua kali swab PCR tetapi sekali swab langsung positif, ya sudah kami bawa ke RSLKC karena tingkat penularannya cukup cepat. Artinya dalam satu kelas kok yang positif bisa banyak," imbuhnya.

Oleh karenanya, pihaknya enggan kecolongan dan segera bergerak cepat.

"Kami enggak mau kecolongan dan segera ambil tindakan yang cepat agar tidak menular ke mana-mana," katanya.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Global Meningkat, 974 WNI Terpapar Virus Corona di Awal Tahun 2022

Di sisi lain, sambungnya, pada minggu ini shelter kabupaten akan diaktifkan lagi sebagai penyimbang RSKLC. Sebab, RSLKC hanya dapat menampung 80 pasien.

"RSLKC juga harus ada penyeimbang untuk tempat isolasi. Kalau misal naik signifikan (kasus Covid-19) shelter desa juga disiapkan agar bisa membuat sistem rujukan naik dan turun," terangnya.

Dengan demikian, jika ada pasien Covid-19 yang kondisinya stabil maka tidak perlu berlama-lama berada di rumah sakit dan bisa dirawat di shelter. Sehingga pasien yang benar-benar membutuhkan ruang perawatan bisa kebagian.

"Jangan sampai malah tempatnya penuh. Rumah sakit untuk yang bergejala sedang dan berat," jelasnya.

Load More