SuaraJogja.id - Seruan perdamaikan disuarakan Indonesia untuk untuk meredakan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Indonesia mengikuti dengan penuh keprihatinan perkembangan situasi di perbatasan kedua negara itu.
Peningkatan ketegangan di perbatasan Ukraina juga disinggung oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pembicaraan telepon dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov pada Rabu (9/2).
“Ini yang selalu disampaikan oleh Menlu (Retno) dalam komunikasi beliau dengan mitranya bahwa conflict benefits no one (konflik tidak menguntungkan siapa pun—red),” kata Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan Kemlu Achmad Rizal Purnama mengenai pembicaraan tersebut, ketika menyampaikan paparan media secara daring pada Kamis.
Dalam pernyataannya terkait situasi Ukraina, Indonesia mendesak semua pihak agar dapat menahan diri dan diberikan kesempatan bagi dialog dan diplomasi untuk bekerja karena dalam situasi sulit saat ini semua negara bertanggung jawab untuk melakukan pesan perdamaian.
"Indonesia follows closely with great concern the recent situation in the borders between Ukraine and Russia.
Indonesia calls upon all parties to exercise utmost restraint and to give maximum chance for dialogue and diplomacy to succeed.
Conflict benefits no one — MoFA Indonesia," ungkap @Kemlu_RI, Senin (7/2/2022).
Terlebih dalam situasi pandemi saat ini, Indonesia menegaskan pentingnya dunia untuk berfokus pada upaya mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi.
“Kita tidak ingin melihat adanya disabilitas di mana pun itu, apalagi terjadinya konflik,” ujar Rizal.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat ketika Moskow menempatkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina.
Langkah ini dikhawatirkan sebagai upaya Rusia untuk menginvasi Ukraina, yang kemudian memicu respon keras termasuk ancaman sanksi oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Baca Juga: Inggris Siagakan Ribuan Pasukan, Dukung Ukraina Jika Diserang Rusia
Rusia membantah anggapan tersebut tetapi mengancam akan mengambil tindakan militer kecuali tuntutannya soal jaminan keamanan dipenuhi oleh Barat.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menuntut perubahan dalam pengaturan keamanan di Eropa, termasuk janji bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak akan pernah mengakui Ukraina, bahwa rudal tidak akan pernah dikerahkan ke dekat perbatasan Rusia, dan bahwa aliansi Barat itu akan mengurangi infrastruktur militer. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Inggris Siagakan Ribuan Pasukan, Dukung Ukraina Jika Diserang Rusia
-
1.000 Tentara Inggris Siap Siaga Jika Pecah Perang Rusia-Ukraina
-
Bank-bank di Eropa Bersiap Hadapi Serangan Siber Hacker 'Sewaan Rusia'
-
Berharap Akhiri Krisis, Paus Fransiskus Dukung Dialog antara Ukraina dengan Rusia
-
Dorong Akhiri Konflik Ukraina dan Rusia dengan Dialog, Paus Fransiskus: Perang adalah Kegilaan
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik