Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Selasa, 15 Februari 2022 | 18:31 WIB
Kadinkes DIY Pembajun Setyaningastutie di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (25/01/2022). - (Kontributor SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Kasus probable Omicron di DIY semakin bertambah signifikan. Berdasarkan data Satgas COVID-19 DIY, tercatat ada tambahan 1.402 kasus baru pada Selasa (15/02/2022) sehingga total kasus COVID-19 di DIY mencapai 165.122 kasus hingga kini.

Padahal DIY saat ini mengalami kelangkaan reagen pemeriksaan PCR S-Gene Target Failure (SGTF) dan Whole Genome Sequencing (WGS). Tingginya sampel yang harus dites membuat kelangkaan terjadi.

"Yang jadi masalah reagen di pasaran itu langka karena banyak permintaan, untuk reagen WGS dan SGTF jadi mulai langka," ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setyaningastutie, Selasa siang.

Menurut Pembajun, sesuai aturan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang baru, hasil antigen SGTF disebut sebagai probable Omicron, sehingga pasien diperlakukan layaknya pasien Omicron.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di DIY Melonjak Tajam, RS Rujukan Siagakan Ruang Perawatan

DIY saat ini lebih banyak memiliki reagen untuk PCR. Padahal reagen tersebut berbeda pemanfaatannya untuk SGTF dan WGS.

"Kalau reagen PCR tidak langka. PCR biasa pakai reagen apa saja bisa," ujarnya.

Pembajun menambahkan, selain varian Omicorn yang cepat menyebar, masyarakat perlu mewaspadai varian Delta. Karenanya, masyarakat harus mentaati protokol kesehatan.

Akselerasi vaksin pun harus terus ditingkatkan. Sebab hingga saat ini masih ada orang yang belum divaksin.

"Jangan lupa [varian] deltanya masih ada, yang kita waspadai yang kormobid," ujarnya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di DIY Masih Mengalami Tren Kenaikan, Luhut: Tapi Masih di Bawah Puncak Kasus Delta Tahun Lalu

Sementara Sekda DIY, Baskara Aji mengungkapkan kelangkaan reagen terjadi secara nasional. Dinas kesehatan padahal sudah mencari pasokan reagen ke sejumlah tempat.

"Tapi reagen [SGTF dan WGS] itu sangat tergantung supply dari negara-negara produsen," ungkapnya.

Untuk mengatasi persoalan ini, Pemda mengupayakan pemanfaatan sisa reagen secara efektif. Diantaranya dengan melakukan swab kepada pasien yang betul-betul terseleksi seperti memiliki riwayat perjalanan luar kota dan CT dibawah 30.

"Itu yang bisa kita lakukan karena memang dipasaran itu gak ada, kosong," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More