SuaraJogja.id - Notifikasi pesan aplikasi marketplace-nya berdering nyaring di ruang tamu salah satu klinik kesehatan yang berada di Kalurahan Ngloro, Kapanewon Saptopsari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Buru-buru digenggamnya iPhone 6 plus yang diletakkan di sebuah meja resepsionis tempatnya bekerja.
Tidak ada pesan penting yang perlu dia balas segera. Wanita 54 tahun ini melanjutkan dengan melihat sejumlah barang promo yang ditawarkan di aplikasi toko online gawainya.
Pagi itu memang suasana klinik bernama Asih Sasama belum banyak didatangi. Klinik itu merupakan sebuah fasilitas kesehatan yang dibangun lembaga non-profit Humanity First, sayap organisasi Ahmadiyah. Di ruang bidan tempat wanita ini bekerja pun, belum tampak satu pasien yang datang.
Yuyun Yunarsih, bidan asal Kuningan, Jawa Barat yang sejak 2020 lalu berlabuh ke Gunungkidul dari Jakarta ini, merasakan perbedaan yang besar ketika menetap di Bumi Handayani. Menjadi supervisor di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta, waktu bekerjanya tak selonggar di Gunungkidul. Bahkan untuk mengecek barang promo di toko online seperti saat ini sangat sulit.
Baca Juga: Masjid Jemaah Ahmadiyah Dibongkar dan Kalimat Syahadatnya Dicopot, Guntur Romli Murka
Memang sebelumnya ibu dua anak ini ingin menghabiskan masa tuanya di tempat yang lebih tenang, tetapi masih bisa memberi manfaat banyak ke masyarakat. Itulah yang kemudian membawanya pada keputusan untuk berkhidmat di Humanity First demi kemanusiaan dan kesehatan.
"Ya dulu itu sempat berbincang-bincang dengan kawan di Jakarta kalau suatu saat nanti ingin pindah di tempat yang lebih tenang, tidak ditekan dengan pekerjaan seperti di rumah sakit sebelumnya itu. Akhirnya saya dipertemukan Klinik Asih Sasama ini dan bertemu salah seorang mubalig di Jogja. Beliau meminta bantuan agar ada bidan di sini untuk memberi pelayanan kepada warga," ujar Yuyun, ditemui SuaraJogja.id, Selasa (18/2/2022).
Dukungan keluarga Yuyun juga positif jika dirinya memutuskan berkhidmat untuk Ahmadiyah. Suami Yuyun hanya berpesan, ketika tekadnya sudah bulat, jangan menunggu pensiun untuk agamanya. Yuyun pun memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai supervisor, ketika kebutuhan finansial saat itu sudah sangat tercukupi, bahkan lebih.
Hidup di lingkungan yang baru, Yuyun mengaku tak pernah mendapat diskriminasi sebagai bagian dari Jemaat Ahmadiyah, baik selama tinggal di Kapanewon Paliyan maupun bekerja di Klinik Asih Sasama. Dua tahun Yuyun bersosialisasi dengan warga di lingkungan sekitar pun, tetangganya tak pernah mempermasalahkan keyakinan dia.
"Ya sejak awal tinggal di Paliyan, saya memang mengenalkan diri ke RT dan RW di sana. Termasuk saat saya di klinik ya, karena saya datang dengan niat untuk membantu masyarakat, jadi tidak ada rasa takut juga," ujar dia.
Baca Juga: Kemenag Minta Masjid Ahmadiyah Difungsikan sebagai Tempat Ibadah Seluruh Umat Islam
Yuyun berkisah, sempat beberapa tetangganya mengajak beribadah ke masjid di wilayah Paliyan, kebetulan saat itu bulan Ramadan. Mengingat Yuyun baru selesai bekerja pukul 21.00 WIB, dirinya menjelaskan, untuk ibadah, itu dilakukan sendiri bersama keluarganya di rumah kontrakan.
Dari awal, ia belum mengenalkan diri sebagai bagian dari Jemaat Ahmadiyah. Namun seiring berjalannya waktu dan makin dekatnya suami Yuyun dengan tetangga serta pemilik rumah kontrakannya, warga mulai paham.
Suami Yuyun, yang dianggap memiliki pemahaman cukup baik di bidang agama Islam, bahkan diajak untuk mengisi ceramah dan menjadi imam di masjid yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
"Sebenarnya kan kami tinggal di kontrakan milik tokoh Muhammadiyah di sana, ya kita beri tahu keyakinan kita, tapi baik dari RT dan pemilik rumah itu tidak pernah mempersoalkan keyakinan warganya yang dianut. Malah suami saya diajak untuk jadi imam di sana, sekali-kali imam di sana, karena dianggap agamanya bagus. Cuma Bapak [suami] bilang belum siap, ya masih banyak takut salah," kisah Yuyun, mengingat momen awal-awal berada di Jogja.
Menjalankan perbedaan budaya dan kehidupan baru di Jogja, ia juga perlu beradaptasi. Tidak banyak kendala yang dia temukan. Selama berada di Jogja, dia tidak pernah merasa ada yang terusik dengan keyakinan yang berbeda dari mayoritas di lingkungannya, tidak jauh berbeda dengan apa yang dirasakannya ketika di Jakarta.
Yuyun sejak lahir sudah menjadi penganut Ahmadiyah. Ia mengatakan, beribadah, salat, hingga membaca Al-Qur'an dia lakukan sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Berita Terkait
-
Masjid Jemaah Ahmadiyah Dibongkar dan Kalimat Syahadatnya Dicopot, Guntur Romli Murka
-
Kemenag Minta Masjid Ahmadiyah Difungsikan sebagai Tempat Ibadah Seluruh Umat Islam
-
Kecam Pembongkaran Paksa Masjid Milik Komunitas Ahmadiyah di Sintang, Ini Permintaan YLBHI ke Jokowi
-
Perjuangan Berat Ahmadiyah Sintang dan Opsi Bupati Jarot Winarno yang Mengecewakan Mereka
-
Perintah Pembongkaran Masjid Ahmadiyah di Sintang dan Bentuk Contoh Buruk Kepala Daerah Tidak Taat Konstitusi
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Olahraga Padel Kena Pajak 10 Persen, Kantor Sri Mulyani Buka Suara
-
Sering Kesetrum Jadi Kemungkinan Alasan Ade Armando Dapat Jatah Komisaris PLN Nusantara Power
-
Sosok Chasandra Thenu, Selebgram Ambon Akui Dirinya Pemeran Video Viral 1,6 Menit
-
Harga Emas Antam Kembali Longsor, Kini Dibanderol Rp 1.907.000/Gram
-
Azizah Salsha, Istri Pratama Arhan Dihujat Habis-habisan Promosi Piala Presiden 2025
Terkini
-
Cuan Jumat Berkah! Tersedia 3 Link Saldo DANA Kaget, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan
-
Pendapatan SDGs BRI Capai 65,46%, Wujudkan Komitmen Berkelanjutan
-
Kelana Kebun Warna: The 101 Yogyakarta Hadirkan Pameran Seni Plastik yang Unik dan Menyentuh
-
BRI Dukung UMKM Sanrah Food Berkembang dari Warung ke Ekspor Global
-
Langgar Aturan Imigrasi, 14 WNA Dideportasi Imigrasi Yogyakarta