SuaraJogja.id - Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri siap mendukung instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) kaitannya dengan BPJS Kesehatan sebagai salah satu syarat untuk pengurusan SIM dan STNK. Instruksi tersebut tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) nomor 1 tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. Aturan ini diteken Jokowi pada 6 Januari 2022.
Adapun Inpres itu disebutkan bahwa 'Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melakukan penyempurnaan regulasi untuk memastikan pemohon Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan, dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian adalah Peserta aktif dalam program Jaminan Kesehatan Nasional'.
Menanggapi wacana tersebut, seorang driver ojek online (ojol) Toras menilai bahwa kebijakan tersebut akan menyulitkan proses perpanjangan SIM maupun STNK. Meskipun demikian, ia sudah memiliki BPJS sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).
"Ya walau udah punya BPJS yang PBI tapi akan menyulitkan rekan driver ojol yang misal belum punya. Apalagi kalau motor itu dibeli bekas dan butuh identitas pemilik aslinya, apa harus nyari fotokopi BPJS pemiliknya," ujar Toras dihubungi SuaraJogja.id, Rabu (23/2/2022).
Toras menyampaikan, jika memang aturan itu akan segera diterapkan maka harus ada sosialisasi yang jelas. Sebab, masyarakat perlu tahu alasan mengapa pengurusan SIM dan STNK harus jadi peserta BPJS.
"Paling enggak ada sosialisasi dulu, apa alasannya mau ngurus STNK atau SIM harus jadi peserta BPJS Kesehatan," katanya.
Ia tidak mempersoalkan kebijakan tersebut, misal untuk pemerataan masyarakat yang belum punya jaminan kesehatan. Namun, perlu dijelaskan berapa iuran yang harus dibayarkan bagi mereka yang akan jadi peserta BPJS.
"BPJS kan ada yang digratiskan dan bayar, itu harus disampaikan berapa iurannya per bulan. Toh kalau memang untuk membantu mereka yang terdampak pandemi enggak apa-apa, tapi perlu dipikirkan juga untuk warga yang memang kurang mampu," papar dia.
Driver ojol lainnya, Ikhsan mengatakan, apabila kebijakan itu punya niat yang baik maka tidak masalah. Namun, pemerintah harus transparan dengan kebijakan itu.
Baca Juga: Pemerintah Sudah Setor Rp 6 Triliun untuk Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan
"Enggak masalah asalkan pemerintah transparan ke masyarakat, untuk apa harus ada syarat itu. Kalau memang tujuannya baik, tidak apa-apa," ujarnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Energi Sosial Habis, 8 Alasan Orang Butuh Me Time Seharian Setelah Bersosialisasi
-
Sinergi BPJS Ketenagakerjaan dan BRI Lindungi Masa Depan UMKM Kalimantan Selatan
-
CEK FAKTA: Kabar Program Pembuatan SIM Gratis Tahun 2025
-
eSIM Bisa Jadi Langkah Awal Cegah Kejahatan Siber
-
Kelas BPJS Kesehatan Segera Dihapus, Bagaimana Perubahan Tarif Iuran Bulanan
Terpopuler
- Joey Pelupessy Mengeluh Usai Bela Timnas Indonesia: Saya Tidak Bisa...
- Selamat Tinggal Denny Landzaat, Bisa Cabut dari Patrick Kluivert
- Timnas Indonesia Segera Punya Striker Naturalisasi Baru? Penyerang Gesit Haus Gol
- FIFA Larang Penyerang Ini Bela Timnas Indonesia, Padahal Setuju Dinaturalisasi
- Hibah Tanah UNY Jadi Penyesalan? Pemkab Gunungkidul Geram Atlet Ditarik Biaya
Pilihan
-
Bali Blackout, Update Terkini Listrik di Pulau Dewata Padam
-
Sekolah Perintis Peradaban Magelang: Mengajar Anak Menjadi Tuan atas Diri Sendiri
-
Prabowo Bakal Kenakan Tarif Pajak Tinggi Buat Orang Kaya RI
-
Ahmad Dhani Hubungi Rayen Pono usai Dilaporkan, tapi Bukan Ngajak Damai Malah Meledek: Arogan!
-
6 Rekomendasi HP Mirip iPhone, Mulai Rp 1,1 Jutaan Terbaik Mei 2025
Terkini
-
Kasus Mbah Tupon: Polda DIY Profiling 5 Terlapor Sengketa Tanah, Ada Notaris
-
BUKP Kulonprogo Krisis, Nasabah Panik Tarik Dana, Pemda DIY Janjikan Solusi Ini
-
Pemeriksaan Saksi Kasus Dugaan Mafia Tanah Mbah Tupon Bertambah, Polda DIY Periksa 11 Orang
-
Pembalap Cilik Asal Kulon Progo Harumkan Nama Indonesia di Kancah Internasional
-
BRI Peduli Ini Sekolahku: Saat Dongeng, Renovasi, dan Cita-cita Bertemu di SDN 1 Sagalaherang