SuaraJogja.id - Harga minyak goreng sampai saat ini juga belum menurun meski sudah digelontorkan minyak subsidi Rp14.000 per liter. Bahkan di tingkat distributor pun mengalami kelangkaan minyak goreng.
Menurut Guru Besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada (UGM ) Profesor Sofian Effendi fenomena kelangkaan minyak goreng dianggap janggal. Pasalnya, Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
"Ini kan agak aneh karena Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia yang mencapai 52 juta ton. Seharusnya dengan jumlah ini dibagi dengan jumlah penduduk, jadi rata-rata mestinya bisa mendapat puluhan sampai ratusan liter minyak goreng," katanya kepada SuaraJogja.id pada Jumat (25/2/2022).
Mantan Rektor UGM periode 2002-2007 ini menyatakan mahalnya minyak goreng disebabkan adanya masalah dalam kebijakan publik yang ditempuh oleh pemerintah. Pemerintah gagal menjamin tersedianya kebutuhan masyarakat akan minyak goreng.
"Saya kira ini ada masalah dalam kebijakan publik yang ditempuh oleh pemerintah kurang berhasil menjamin tersedianya kebutuhan masyarakat akan minyak goreng. Apalagi masyarakat Indonesia kan suka makan gorengan," ucap dia.
Dalam kondisi seperti itu, ujarnya, pemerintah harus menyediakan stok minyak goreng untuk kebutuhan dalam negeri. Terlebih satu bulan lagi hampir menjelang bulan puasa.
"Kalau (minyak goreng) tidak tersedia bisa menyebabkan ketidakpuasan masyarakat kepada pemerintah menurun. Karena salah satu kebutuhan hidup bangsa Indonesia tidak mampu disediakan," tegasnya.
Di sisi lain, perlu juga dicek apakah terjadi lonjakan ekspor minyak dari Indonesia ke luar negeri dalam beberapa bulan terakhir. Menurutnya, kekinian harga crude palm oil (CPO) di luar negeri sedang bagus. Sehingga memungkikan minyak goreng malah dijual ke luar negeri.
"Atau ada masalah lain karena harga CPO sekarang ini di luar negeri sedang sangat baik sehingga jatah atau stok kebutuhan dalam negeri dijual oleh para kartel ke luar negeri. Mereka mendapat keuntungan yang besar, itu yang harus dicek. Apakah terjadi lonjakan ekspor minyak dari Indonesia dalam beberapa bulan terkahir," katanya.
Baca Juga: Pengamat Politik UGM Ingatkan Baliho Tak Jamin Elektabilitas Naik, Masyarakat Malah Bosan
Dalam teori ekonomi hal itu disebut dengan market imperfectness atau ketidaksempurnaan pasar. Artinya pasar luar negeri lebih mahal serta menguntungkan maka lebih baik diekspor ke luar.
"Kenaikannya sejak awal tahun ini, tentunya ada masalah, dalam teori ekonominya disebut market imperfectness," tutur mantan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) tahun 1999-2000.
Untuk itu, pemerintah harus mengawasinya secara ketat. Jika pengawasannya lemah dan hanya melaksanakan operasi pasar maka itu tidak akan efektif.
"Karena itu tidak bisa mengawasi secara paripurna. Jadi operasi pasar itu hanya untuk sok-sokan bahwa pemerintah sudah bertindak tapi tidak efektif untuk mengoreksi ketidaksempurnaan pasar tadi," katanya.
Ia menambahkan, produksi minyak goreng dalam negeri juga harus dicek apakah terjadi peningkatan atau berkurang.
"Harus dilihat apakah produksinya berkurang 10-20 persen maka akan menyebabkan kelangkaan. Tapi bisa juga karena permintaan meningkat, tahu-tahu meningkat berkali lipat," katanya.
Berita Terkait
-
Geram Mafia Peradilan, Sahroni Minta Kejagung Bongkar Habis Suap Vonis Lepas Kasus CPO
-
Kejagung Endus Pihak Lain yang Ikut Kecipratan Duit Suap Vonis Lepas Perkara Korupsi Migor
-
Ketua PN Jaksel Lakukan Perampokan Keadilan Paling Brutal
-
Sumber Dana Suap Hakim Pada Vonis Lepas Kasus Korupsi Minyak Goreng Terungkap, Siapa Dalangnya?
-
Promo Minyak Goreng Indomaret Hari Ini 11 April 2025, Mulai Rp 35.900 Per 2 Liter
Tag
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
Pilihan
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
Terkini
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta
-
Tendangan Maut Ibu Tiri: Balita di Sleman Alami Pembusukan Perut, Polisi Ungkap Motifnya yang Bikin Geram
-
Ribuan Umat Padati Gereja, Gegana DIY Turun Tangan Amankan Paskah di Jogja