SuaraJogja.id - Indonesia tidak hanya kaya dengan kekayaan alam dan budaya tetapi juga dari sisi mistis pun tidak kalah beragam dengan berbagai sosok makhluk tak kasat mata.
Perwujudan sosok tak kasat mata yang kerap disebut masyarakat sebagai hantu, setan, demit dan sebagainya itu tidak jarang berbeda di setiap daerah. Ketika sosoknya sama pun, kadang penyebutannya yang kemudian berbeda.
Dosen Sastra Jawa UGM Rudy Wiratama menjelaskan bahwa dalam memahami fenomena dunia tak kasat mata ini ada konteks yang harus dipisahkan terlebih dahulu.
"Jadi kita perlu memisahkan dulu ini bicara dalam konteks apa, kalau dalam konteks agama kita kan harus percaya kepada makhluk selain kita ada yang gaib itu agama apapun itu pasti mempercayai hal tersebut," ujar Rudy saat hubungi awak media, Sabtu (26/2/2022).
Namun di sisi lain ada pula berbagai macam tanggapan dari segi keilmuan. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa gelombang elektromagnetik otak dari masing-masing orang dapat menjadi pemicu fenomena melihat sosok makhluk gaib.
"Jadi aslinya tidak ada tapi kelihatan ada, kadang kalau nampak juga sekelebat putih atau apa begitu. Tapi kalau yang sampai menyapa kan jarang-jarang ada orang yang lihat bentuknya apa, dalam artian lengkap detail itu jarang," terangnya.
Berbeda dari segi kelimuan, kata Rudy ada faktor kebudayaan yang kemudian membuat masyarakat dari peradaban itu menangkap dan menyerap fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya. Hal itu menyebabkan munculnya sosok hantu atau makhluk gaib itu akan berbeda di setiap tempat.
"Makanya kalau kita ke Cina ya enggak akan ketemu hantu pocong. Pocong itu ya Indonesia-Malaysia konteksnya dari marga yang mayoritas Islam kemudian jenazah itu secara tradisi dikuburkan dipocong lah itu hantu pocong bisa muncul di situ. Tapi kalau di Cina kan enggak ada pocongnya, di sana Vampir juga pakai pakaian sana sendiri," paparnya.
Dua hal itu, disampaikan Rudy yang kemudian membentuk fenomena-fenomena kemunculan makhluk gaib tersebut di tengah masyarakat. Pertama adalah dari neurosains atau ilmu tentang saraf yang dianggap sebagai bagian dari fenomena yang biasa.
Baca Juga: Tak Melulu Gaib, Pakar UGM Beberkan Hubungan Sesajen dengan Ekosistem Alam
Namun di sisi lain, masyarakat sebagai makhluk yang beragama dan berbudaya memiliki kepercayaan tentang energi-energi gaib itu. Baik dalam perwujudan apapun itu yang kemudian diterjemahkan sesuai konteks kebudayaan masing-masing.
"Makanya tiap-tiap daerah itu demitnya (hantunya) berbeda," ucapnya.
Terkait dengan adanya orang yang percaya atau tidak dengan makhluk gaib atau fenomena mistis tersebut, kata Rudy, itu sudah masuk dalam kepercayaan personal yang berkaitan pula dengan pengalaman pribadi. Hal itu menjadi ranah yang tidak bisa disanggah.
"Sepanjang itu jadi pengalaman personal kan bagaimana kita mau membuktikan. Kecuali misalkan dia dengan 10 orang lainnya lihat fenomena yang sama itu bisa secara objektif, ilmiah dipertanggungjawabkan tapi sepanjang itu pengalaman personal ya kita tidak bisa masuk ke ranah itu," ucapnya.
Tidak jarang dari pengalaman personal yang diceritakan ke orang lain apalagi hingga menyebar ke masyarakat di situlah budaya itu terbentuk.
"Ketika pengalaman personal itu diceritakan akan menjadi di reproduksi di masyarakat. Entah lihat atau tidak tapi rata-rata masyarakat akan mengamini bentuknya seperti itu. Apalagi kalau dekat dengan konteks kebudayaan," tuturnya.
Berita Terkait
-
6 Alasan Kucing Menatap Dinding Kosong, Biasanya Dikira Lihat Makhluk Tak Kasat Mata
-
Cerita Pura Ntegana Abiansemal yang Dipercaya Dijaga 80 Ribu Pasukan Tak Kasat Mata
-
Cerita Penyintas Buat Surat Wasiat Saat Melawan 'Musuh' Tak Kasat Mata
-
Wisata Bali: Kisah Pura Ntegana Abiansemal Badung yang Dijaga Pasukan Tak Kasat Mata
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Mengulik Festival Angkringan Yogyakarta 2025, Dorong Transformasi Digital Pasar dan UMKM Lokal
-
Ironi Distribusi Sapi: Peternak NTT Merugi, Konsumen Jawa Bayar Mahal, Kapal Ternak Jadi Kunci?
-
Rejeki Nomplok Akhir Pekan! 4 Link DANA Kaget Siap Diserbu, Berpeluang Cuan Rp259 Ribu
-
Petani Gunungkidul Sumringah, Pupuk Subsidi Lebih Murah, Pemkab Tetap Lakukan Pengawasan
-
Makan Bergizi Gratis Bikin Harga Bahan Pokok di Yogyakarta Meroket? Ini Kata Disperindag