Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 24 Maret 2022 | 18:48 WIB
Warga antri minyak goreng curah di agen minyak goreng yang berada di kawasan Gedongkuning, Kota Yogyakarta, Kamis (24/03/2022). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Tingginya harga minyak goreng kemasan pascapemerintah mencabut kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET), warga DIY banyak beralih ke minyak goreng curah. Akibatnya ketersediaan minyak goreng curah di DIY pun menjadi langka akibat serbuan pembeli.

Salah seorang pedagang gorengan dari Gowongan, Yogyakarta, Wiwik mengaku tidak berjualan sejak harga minyak goreng kemasan naik signifikan. Apalagi dirinya kesulitan mencari minyak curah untuk bahan baku gorengannya.

"Sejak harga [minyak goreng] kemasan mahal, saya sudah tidak jualan seminggu lebih, takut rugi karena cari yang curah juga susah," paparnya, Kamis (24/3/2022).

Wiwik berharap persoalan langka dan mahalnya minyak goreng ini bisa segera diatasi. Karena dia tidak bisa terus menerus tak jualan karena harus membiayai keluarganya.

Baca Juga: Delegasi G20 Pertama di Yogyakarta Dijamu Makan Malam ala Keraton Yogyakarta

"Suami saya sudah meninggal, saya harus menghidupi anak-anak dari jualan gorengan. Tapi kalau minyak saja tidak bisa saya beli, gimana saya bisa cari makan," bebernya.

Di sisi lain, banyaknya warga yang beralih ke minyak goreng curah, membuat salah satu agen minyak di kawasan Gedongkuning, Kota Yogyakarta diserbu pembeli.

Warga terpaksa harus antre hampir satu jam untuk bisa membeli minyak goreng curah yang mulai langka.

Salah seorang pedagang gorengan, Dalmini mengaku sudah datang ke agen minyak goreng sejak pukul 10.00 WIB. Dia baru bisa mendapatkan 5 liter minyak goreng hampir sejam kemudian.

"Ya saya terpaksa beli minyak goreng curah biar bisa tetap jualan gorengan. Infonya dari teman-teman tempatnya ini sudah buka," paparnya.

Baca Juga: PPKM Turun ke Level 3, Disdikpora Kota Yogyakarta Masih Terapkan PTM 50 Persen

Tingginya harga minyak goreng kemasan dan langkanya minyak goreng curah pun akhirnya membuat Dalmini menaikkan harga dagangan untuk menutup modal usaha. Kalau biasanya Rp2.000 dapat tiga gorengan, sekarang ini dia menjual Rp1.000 untuk satu gorengan.

"Kalau tidak dinaikkan tidak balik modal," paparnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag DIY, Yanto Aprianto saat dikonfirmasi membenarkan disparitas harga minyak goreng kemasan dan curah hingga terjadi persoalan kelangkaan di pasaran.

Untuk diketahui minyak goreng curah bersubsidi dibanderol dengan harga sebesar Rp14 ribu per liter atau Rp15.500 per kg. Sedangkan minyak goreng kemasan sebesar Rp23 ribu-Rp26 ribu per liter.

"Minyak goreng curah ini kan disparitas harganya cukup tinggi ya antara subsidi dengan kemasan, untuk kalangan bawah nyerbunya ke migor curah. Kalau kita sendiri stok dan ketersediaan sangat terbatas," paparnya.

Menurut Yanto, selain serbuan warga, kelangkaan minyak goreng curah juga diakibatkan belum meratanya pasokan minyak goreng di sejumlah daerah. Sebab banyak pabrik yang masih kesulitan memproduksi minyak goreng sakibat kelangkaan Crude Palm Oil(CPO) atau bahan baku minyak goreng.

Suplai minyak goreng dari hulu atau pabrik juga akhirnya tersendat. Sementara permintaan pasar akan komoditi tersebut cukup tinggi setiap harinya.

"Suplai dari hulu atau pabrikan itu tidak lancar dan di daerah dan suplai dari sana tidak lancar jadi akhirnya langka," tandasnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Disperindag DIY akan melakukan operasi pasar. Hal ini mengingat kebutuhan minyak goreng menjelasng Ramadan dimungkinkan akan semakin tinggi.

"Operasi pasar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More