SuaraJogja.id - Stasiun Meteorologi Yogyakarta Internasional Airport mengungkap ada beberapa faktor yang menyebabkan cuaca ekstrem sering terjadi di Sleman.
Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta Internasional Airport Warjono menjelaskan, alasan pertama yang menjadi faktor penyebab Sleman kerap terjadi angin kencang dan hujan deras, yakni topografi.
"Topografi wilayah Sleman yang berada di lereng Gunung Merapi atau wilayah lembah, berpengaruh pada pola angin," kata dia, dihubungi pada Sabtu (2/4/2022).
Pola angin tersebut selanjutnya memengaruhi pergerakan awan konvektif, yang tumbuh di seputar Borobudur dan Muntilan, bergerak ke arah Kabupaten Sleman.
Pola angin di sekitar gunung Merapi, baik yang berasal dari barat maupun timur, masuk ke wilayah kota. Pasalnya, suhu di perkotaan, salah satunya Sleman dan Kota Jogja cenderung hangat, bertekanan udara rendah.
Warjono menyebut, angin yang bertiup dari arah barat masuk ke wilayah Sleman dan membawa angin kencang serta hujan deras, akan kerap terjadi saat musim hujan maupun peralihan dari musim hujan ke kemarau.
Demikian juga angin dari timur, atau pegunungan Gunungkidul juga akan masuk ke wilayah Kabupaten Sleman. Terutama ketika musim peralihan dan musim kemarau.
Kendati kawasan Gunungkidul merupakan wilayah pegunungan, nantinya pergerakan angin akan berputar arah, hingga membawa awan towering masuk ke wilayah Sleman.
"Itu kenapa di wilayah Prambanan kerap terjadi hujan deras, hingga menyebabkan banjir," ucapnya.
Baca Juga: Lolos dari Degradasi, Pelatih PSS Sleman Sedih Persipura Turun ke Liga 2
Warjono mengatakan, pergeraman awan konvektif perlu diwaspadai. Sebab, cenderung membawa hujan lebat yang disertai angin kencang.
Bahkan, bisa menyebabkan terjadinya hujan es, misalnya di kawasan seperti Kapanewon Turi, Kapanewon Pakem yang terlewati pergerakan awan dan angin tersebut. Durasi hujan dari awan ini biasanya tidak berlangsung lama.
"Paling lama dua jam, tetapi umumnya 15 menit. Meskipun sebentar, tetapi hujan di musim pancaroba ini bisa berdampak sejumlah kejadian karena bisa diikuti angin kencang," terangnya.
Ia menyebut, biasanya situasi itu menyebabkan sejumlah dampak seperti pohon tumbang, baliho roboh.
"Kalau hujan deras waspadai juga banjir maupun longsor. Intinya, musim pancaroba ini masih perlu waspada," ujarnya.
Musim peralihan atau pancaroba ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga dasarian III bulan April atau setelah 20 April. Pada tanggal itu, diperkirakan Kabupaten Sleman mulai memasuki musim kemarau.
Sebelumnya, Jumat (1/4/2022), Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman Makwan menuturkan, cuaca ekstrem yang terjadi di Kabupaten Sleman setidaknya tiga bulan belakangan, --Januari hingga Maret 2022--, menyebabkan kerusakan tidak sedikit.
Tambahan terakhir, Makwan menyebut ada dua masjid yang bagian bangunannya rusak akibat diterpa angin kencang dan hujan deras. Selain itu, ada empat titik longsor, dan sejumlah sekolah mengalami kerusakan.
"Total sekolah terdampak kerusakan ada 24 unit. Terdiri dari TK, PAUD milik swasta, dua SMP milik pemerintah," urainya.
Ia mencatat, ada sekitar 450 batang pohon tumbang selama tiga bulan cuaca ekstrem terjadi di Bumi Sembada. Angin kencang setidaknya telah menyebabkan kerugian sekitar Rp1,1 miliar.
Sementara itu banjir terpantau ada 14 kali kejadian dan menyebabkan kerugian sekitar Rp120 juta. Ditambah banjir lahar sebanyak tiga kali kejadian, memunculkan kerugian sekitar Rp12 juta.
Sebanyak 23 kali peristiwa longsor juga mencatatkan kerugian Rp230 juta di Kabupaten Sleman. Menyusul kemudian petir, yang menghentak sebanyak lima kali menyebabkan kerugian Rp47 juta.
Makwan menyatakan, sebelum peristiwa bencana terjadi, pihaknya sudah menyosialisasikan dan menyampaikan peringatan dini dari BMKG. Baik itu kepada pemangku wilayah, kapanewon, kalurahan hingga relawan. Tujuannya, sebagai bentuk antisipasi kesiapsiagaan dan persiapan aktivasi posko.
"Memang ada keterbatasan kami, tapi mudah-mudahan dengan adanya kejadian-kejadian ini, masyarakat lebih care," terangnya.
Kontributor : Uli Febriarni
Berita Terkait
-
Jelang Libur Nataru, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem di Labuan Bajo
-
Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: Suporter Rela Berbasah-basahan Demi Dukung Garuda
-
Oral Seks Berujung Pasal Berlapis! Begini Nasib Pengendara Xpander yang Tabrak Lari Penyandang Disabilitas hingga Tewas
-
Gak Ada Otak! Nyetir Mobil sambil 'Anu' Dikemut Cewek, Mahasiswa di Sleman Tabrak Pria Difabel hingga Tewas
-
Viral Fenomena Alam bak 'Awan Kinton' Jatuh, Begini Penjelasan BMKG
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
Terkini
-
Mahasiswa UNY Berhasil Sulap Limbah Sampah Jadi Suplemen Tanaman
-
DMFI Bareng Shaggydog Serukan Larangan Peredaran Daging Anjing, Pemda DIY Siapkan Perda
-
Minta ASN yang Selingkuh Tetap Diberhentikan, Bupati Sunaryanta: Saya Siap Tempuh PTUN Kalau Tak Ada Titik Temu
-
Bawaslu Sleman Temukan 23 TPS Rawan Bencana dan 37 TPS Bermasalah Internet
-
Eks Karyawan jadi Mucikari Online, Jual PSK via MiChat usai Kena PHK