SuaraJogja.id - Bupati Kulon Progo Sutedjo mengaku selama menjabat bupati dari 22 Mei 2017 sampai saat ini masih belum berhasil menurunkan angka kemiskinan hingga di bawah 10 persen sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2017-2022 karena adanya pandemi COVID-19.
Sutedjo di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis, mengatakan saat ini angka kemiskinan di Kulon Progo sebesar 18,39 persen atau tertinggi di DIY dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2017-2022 di bawah 10 persen.
"Yang kami prihatin selama menjabat sebagai bupati, yakni angka kemiskinan masih sangat tinggi, bahkan tertinggi di DIY," katanya.
Ia mengatakan yang menetapkan angka kemiskinan adalah Badan Pusat Statistik (BPS), dan pemerintah kabupaten (pemkab) tidak bisa intervensi atas kinerja mereka.
Baca Juga: DPRD Kulon Progo Minta Pemkab Membuat Inovasi Percepatan Pengentasan Kemiskinan
Selama ini, Pemkab Kulon Progo berupaya keras menekan angka kemiskinan, berbagai program di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sudah mengupayakan pemberdayaan masyarakat supaya meningkatkan kesejahteraan.
"Segala cara sudah kami lakukan, termasuk bedah rumah warga miskin. Gerakan bedah rumah warga miskin, seharusnya sudah mengurangi lima dari 14 indikator kriteria keluarga miskin. Belum termasuk bantuan sosial dan program pemberdayaan masyarakat," katanya.
Sutedjo mengakui masih memiliki beban terkait masih rendahnya anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dibandingkan empat kabupaten/kota di DIY lainnya.
Saat ini, APBD Kulon Progo masih di bawah Rp1,5 triliun. Hal ini disebabkan belum optimalnya dana transfer dari Pemerintah Pusat, misalnya dana alokasi umum (DAU) yang perhitungannya berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah. Saat ini, jumlah penduduk di Kulon Progo relatif rendah.
Selain itu, pendapatan asli daerah (PAD) juga paling rendah di DIY. Hal ini dikarenakan sumber pendapatan juga minim, baik pajak perhotelan, parkir, retribusi pariwisata hingga pertambangan.
Baca Juga: Setahun Dipimpin Gibran, Angka Kemiskinan di Solo Justru Meningkat
"Kami masih berharap dengan optimalnya jumlah penumpang di Bandara Internasional Yogyakarta dapat mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD). Namun, sampai saat ini masih ada pembatasan-pembatasan penumpang selama dua tahun terakhir, sehingga juga berdampak pada PAD," katanya.
Berita Terkait
-
5 Rencana Sekolah Rakyat Prabowo: Punya Misi Putus Rantai Kemiskinan
-
Di Balik Klaim Sukses Hilirisasi Nikel: Tingkat Kemiskinan di Daerah Penghasil Justru Stagnan
-
Bali Jadi Provinsi dengan Angka Kemiskinan Terendah di Indonesia
-
Indonesia Berhasil Turunkan Angka Kemiskinan Ekstrem, Berikut Catatan Datanya
-
Pertumbuhan Ekonomi Mandek di 5%, Jokowi: Banyak Negara Nggak Tumbuh, Bahkan Melambat
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
'Siiiu' Ala Zahaby Gholy, Ini Respon Cristiano Ronaldo Usai Selebrasinya Dijiplak
-
Hasil Akhir! Pesta Gol, Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia
-
Hasil Babak Pertama: Gol Indah Zahaby Gholy Bawa Timnas Indonesia U-17 Unggul Dua Gol
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
Terkini
-
Gunungkidul Sepi Mudik? Penurunan sampai 20 Persen, Ini Penyebabnya
-
Kecelakaan KA Bathara Kresna Picu Tindakan Tegas, 7 Perlintasan Liar di Daop 6 Ditutup
-
Arus Balik Pintu Masuk Tol Jogja-Solo Fungsional di Tamanmartani Landai, Penutupan Tunggu Waktu
-
AS Naikan Tarif Impor, Kadin DIY: Lobi Trump Sekarang atau Industri Indonesia Hancur
-
Petani Jogja Dijamin Untung, Bulog Siap Serap Semua Gabah, Bahkan Setelah Target Tercapai