SuaraJogja.id - Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi & Penyakit Tropis – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Anggraini Alam mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap demam yang sulit turun meski mengonsumsi obat penurun panas karena bisa jadi itu gejala Dengue.
"Demam tidak turun atau segera naik walau telah memberikan penurun demam seperti acetaminophen atau parasetamol," kata Anggraini dalam webinar kesehatan, Selasa.
Waspadai terkena Dengue bila demam juga tak turun meski sudah memakai kompres hangat dan meminum cairan dengan rasa atau selain air putih. Demam juga bisa disertai kulit wajah kemerahan dan tidak nyaman saat menghadapi cahaya terang.
Jika itu terjadi, penting untuk mencari tahu apakah di lingkungan rumah, sekolah atau orang-orang di sekitar ada yang terkena penyakit Dengue untuk membantu memastikan penyebabnya.
Baca Juga: Penyebab Demam Berdarah Dengue Bisa Sebabkan Meninggal Dunia, Ini Penjelasan Dokter
Dengue adalah penyakit demam mendadak tinggi yang disebabkan virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Selain demam tinggi, tanda-tandanya berupa nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri belakang mata, ruam di kulit, hilang nafsu makan, perdarahan dan mual serta muntah.
Perdarahan pada Dengue bisa berupa mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah kulit di daerah muka, leher, dada atau punggung atas, tinja berwarna hitam atau darah haid yang berlebihan.
Dalam perjalanan penyakit Dengue, fase kritis justru terjadi ketika demam mulai turun, di mana ada potensi terjadinya komplikasi pada Dengue antara hari ketiga hingga ketujuh. Pada fase kritis ada potensi komplikasi seperti syok karena perembesan plasma yang hebat, perdarahan otak, kelainan metabolik, kegagalan hati fulminan hingga syok berkepanjangan yang berujung kematian.
Segeralah pergi ke fasilitas kesehatan bila tubuh merasa lemas, asupan minum kurang, tidak buang air kecil di atas enam jam, nyeri perut hebat, perdarahan, sesak napas, pucat, gelisah, kejang, tangan dan kaki dingin saat diraba.
Gejala lainnya adalah sering mengantuk, kesulitan bernapas, kebingungan mental, muntah darah dan bercak merah kulit di berbagai tempat. Gejala-gejala tersebut merupakan tanda peringatan untuk kondisi yang membahayakan.
Pasien yang kondisinya lebih baik boleh saja dirawat di rumah, tapi pastikan asupan cairannya tercukupi, tak hanya air putih, tetapi juga susu, jus buah dan cairan elektrolit isotonik agar elektrolit dalam tubuh tetap seimbang.
Berita Terkait
-
Mengenali Gejala dan Tanda DBD, Jangan Sampai Lengah!
-
Kasus DBD di Jakarta Meningkat, Pramono Kumpulkan Jajaran Besok
-
Menghadapi DBD di Musim Hujan: Anak dan Dewasa Sama Rentannya
-
7 Cara Mengobati Demam Berdarah dengan Obat Tradisional yang Terbukti Ampuh
-
Inisiatif Vaksin Dengue Oleh Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Jadi Teladan untuk Selangor dalam Perangi Penyakit
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
Terkini
-
Omzet Ratusan Juta dari Usaha Sederhana Kisah Sukses Purna PMI di Godean Ini Bikin Menteri Terinspirasi
-
Waspada Jebakan Kerja di Luar Negeri, Menteri Ungkap Modus PMI Unprosedural Incar Anak Muda
-
Dana Hibah Pariwisata Sleman Dikorupsi? Bupati Harda Kiswaya Beri Klarifikasi Usai Diperiksa Kejari
-
Empat Kali Lurah di Sleman Tersandung Kasus Tanah Kas Desa, Pengawasan Makin Diperketat
-
Guru Besar UGM: Hapus Kuota Impor AS? Petani Lokal Bisa Mati Kutu