SuaraJogja.id - Dinas Peternakan Gunungkidul memutuskan menutup dua pasar hewan terbesar Siyonoharjo Playen dan Munggi Semanu menyusul penemuan 6 ekor sapi yang diduga terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Penutupan tersebut akan dilakukan selama 2 pekan terhitung mulai 2 Juni 2022 besok.
Akibat penutupan tersebut, para pedagang kesulitan untuk menjual hewan ternak mereka. Mereka juga kesulitan mencari pasokan ternak untuk memenuhi pesanan dari para pelanggan. Padahal pesanan yang masuk ke mereka sudah cukup banyak menyongsong hari Raya Idul Adha mendatang.
Pedagang sapi asal Dusun Banyubening Kalurahan Bejiharjo Kapanewon Karangmojo, Karmoto menyesalkan penutupan dua pasar tersebut. Karena penutupan dua pasar hewan terbesar tersebut akan menyulitkan perekonomian mereka.
Ia meminta pemerintah untuk tidak menutup dua pasar terbesar di wilayah kabupaten Gunungkidul tersebut. Selain uang mereka tidak bisa berputar penutupan pasar tersebut juga membuat mata pencaharian mereka hilang.
"Mbok jangan ditutup masih ada cara lain to?"pintanya, Selasa (31/5/2022).
Pasalnya, kini dirinya tidak bisa mencari sapi untuk memenuhi pesanan warga terutama menjelang hari raya Idul Adha. Pesanan terutama untuk pemenuhan Hari raya Idul Adha terus masuk baik dari lokal DIY ataupun luar daerah.
Ia mengaku sudah ada 50 masjid yang menghubunginya untuk mencarikan sapi, namun ia belum bisa memenuhinya. Karena rata-rata setiap masjid telah pesan kepada dirinya sebanyak 10 ekor sapi dan semua masjid sudah menjadi langganannya selama ini.
Tak hanya itu, mengaku sudah mendapat pesanaan sekitar 80 ekor sapi dan puluhan kambing. Ia mengaku kesulitan mencukupinya karena dua pasar terbesar di Gunungkidul ditutup. Ia mengaku kesulitan memenuhi pesanan karena ternyata pasar hewan di Pracimantoro wonogiri Jawa Tengah juga ditutup.
"Saya baru ada 15 ekor terus saya beli di mana. Sana (Praci) tidak boleh masuk ke sini. Sini tidak boleh keluar. Padahal dulu pasti ke sana (Praci),"keluhnya.
Baca Juga: Hendak Dijual, Enam Hewan Ternak di Gunungkidul Terdeteksi Positif PMK
Para pedagang beranggapan pemerintah tidak seharusnya menutup pasar tempat mereka mencari penghasilan. Karena masih ada kebijakan lain yang bisa ditempuh oleh pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran PMK tersebut.
Terpisah Mursih, pedagang sapi asal Gubugrubuh Kalurahan Getas Kapanewon Playen ini. Wanita ini mengalami kerugian cukup besar ketika pemerintah menutup dua pasar tempat biasa ia jualan.
" Bagaimana tidak rugi saya ada 4 sapi dan pakannya harus terus diberi. Pakannya sendiri saya harus beli,"terang dia, Selasa (31/5/2022).
Kerugian yang ia tanggung memang cukup besar karena dua pasar tempatnya berjualan tersebut ditutup selama 2 Pekan. Sehingga dirinya harus menanggung biaya pakan selama 14 Hari lebih, agar sapi-sapi tersebut berat badannya tetap terjaga.
Di sisi lain, Mursih menyebut saat ini sebenarnya bertepatan dengan waktu favorit dari para pedagang. Karena banyak masyarakat yang berburu hewan ternak untuk persiapan Idul Qurban ataupun untuk mencukupi kebutuhan hajatan mereka.
"Kalau ditutup dapat duit dari mana. Padahal angsuran jalan terus, banyak 'nyumbang' untuk hajatan wong sekarang musim hajatan. Wis-wis ajur (sudah-sudah, hancur),"keluh wanita ini.
Mursih justru menanyakan seberapa bahayanya penyakit tersebut sehingga pasar hewan harus kembali di Lockdown. Karena sejatinya PMK tersebut merupakan penyakit yang sudah lama dan sudah mereka anggap sebagai penyakit biasa.
Bahkan para peternak ataupun pedagang sapi yang sudah memiliki cara jitu untuk menaklukkan penyakit tersebut. Dengan cara tradisional mereka membuatkan sambal bawang maka penyakit tersebut akan hilang dan sapi kembali sehat.
"Kenapa harus ditutup. Kan ada kebijakan lain,"terangnya.
Menurutnya pasar tidak perlu ditutup namun petugas memang harus lebih ketat lagi menyeleksi sapi-sapi atau kambing yang masuk ke dalam pasar. Setiap sapi yang masuk harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu dari para petugas dan jika ditemukan maka sapi tersebut tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam pasar.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Lebih Seribu Ekor Ternak di Sumbar Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, Kasus Mati dan Potong Paksa Mulai Ditemukan
-
Pasar Ternak di Pasaman Barat Ditutup Gegara Penyakit Mulut dan Kuku
-
Hewan Sembuh dari Penyakit Mulut dan Kuku di Sumbar Capai 39 Ekor
-
115 Hewan Ternak di Solok Selatan Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Siapa Sebenarnya 'Thomas Alva Edi Sound Horeg', Begadang Seminggu Demi Bass Menggelegar
Pilihan
-
8 HP Murah RAM Besar dan Chipset Gahar, Rp1 Jutaan dapat RAM 8 GB
-
5 Rekomendasi Mobil Bekas 50 Jutaan: Murah Berkualitas, Harga Tinggi Jika Dijual Kembali
-
6 Rekomendasi HP Gaming Murah Baterai Jumbo, Tahan Lama Lancar Main Game
-
Koji Takasaki Pimpin Laga Timnas Indonesia U-23 vs Vietnam, Pernah Usir Muhammad Ferarri
-
Beckham Putra: Jens Raven Cs, Tolong Balas Sakit Hati Kami!
Terkini
-
Misteri Kematian Diplomat Arya Daru: Polisi Sebut Bunuh Diri, Keluarga Bantah Keras!
-
Panduan Travel Jakarta-Semarang: Rute Terbaik & Harga Terjangkau
-
Hyatt Regency Yogyakarta Gelar Pink Ribbon Run 2025: Acara Lari dan Donasi untuk Penyintas Kanker
-
Kejari Sleman Buka Kemungkinan Penggeledahan, Kasus Korupsi Dana Hibah Pariwisata Semakin Serius
-
Berlanjut, Kejari Sleman Sita Ponsel dan Dokumen Penting Kasus Korupsi Dana Hibah Pariwisata