Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 05 Juni 2022 | 14:57 WIB
Sebuah rudal yang menurut media pemerintah adalah rudal balistik antarbenua (ICBM) "Hwasong-17" terlihat diluncurkan dalam foto tak bertanggal yang dirilis pada 25 Maret 2022 oleh kantor berita Korut KCNA. (ANTARA/KCNA via Reuters/as)

Dalam beberapa pekan terakhir, Korut telah menguji beberapa jenis rudal termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesar.

Uji terakhir rudal Korut dilakukan pada 25 Mei, ketika mereka meluncurkan tiga rudal setelah Presiden AS Joe Biden mengakhiri perjalanannya di Asia.

Dalam kunjungan itu Biden menyepakati beberapa tindakan baru untuk mencegah uji coba nuklir Korut.

Rudal pertama yang diluncurkan pada 25 Mei itu merupakan ICBM terbesar Korut, Hwasong-17, dan yang kedua adalah sejenis rudal tak dikenal yang sepertinya gagal di tengah peluncuran, demikian keterangan pejabat Korsel saat itu.

Baca Juga: Kenangan Tak Terlupakan Zulhas Bareng Fahmi Idris, Tertahan Masuk Korsel hingga Diperiksa Selama 2 Jam

Sementara rudal ke-3 adalah rudal balistik jarak dekat (SRBM).

Kemudian pada Sabtu, sejumlah kapal Korsel dan AS telah menyelesaikan latihan selama tiga hari di perairan lepas pantai Pulau Okinawa, Jepang.

Menurut Kepala Staf Gabungan Korsel, latihan itu mencakup pertahanan udara, anti kapal laut, anti kapal selam, dan operasi larangan laut.

Latihan juga melibatkan kapal induk tenaga nuklir, USS Ronald Reagan, yang berbobot 100.000 ton, serta sejumlah kapal perang lain.

Presiden Korsel Yoon Suk-yeol, yang mulai menjabat pada 10 Mei, telah bersepakat dengan Biden untuk meningkatkan latihan militer bilateral untuk mencegah aksi Korut.

Baca Juga: AS: Kunjungan Biden ke Korsel Mungkin Disambut Uji Nuklir Korut

Korut mengkritik latihan gabungan sebelumnya sebagai contoh "kebijakan agresif" yang selalu diterapkan AS kepada Pyongyang disamping perundingan diplomasinya.

Load More