Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 09 Juni 2022 | 18:30 WIB
Pasien DBD dirawat di Kota Kupang [SuaraSulsel.id/Antara]

SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan Sleman meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi ancaman demam berdarah dengue (DBD). Hal itu dikemukakan menyusul adanya satu pasien DBD meninggal dunia, pada catatan penularan tahun ini.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Cahya Purnama mengatakan, hingga saat ini sudah ada 161 kasus yang dilaporkan terjadi di Kabupaten Sleman. Satu di antaranya meninggal dunia.

"Pasien anak kecil, berusia 8 tahun di Kapanewon Mlati," kata dia, Kamis (9/6/2022).

Cahya mengajak masyarakat sama-sama menjaga lingkungan, utamanya lingkungan sekitar tempat tinggal yang ada bangunan jarang atau bahkan tidak berpenghuni.

Baca Juga: 12 Kapanewon di Sleman Dilaporkan Terjadi Penularan Virus PMK, Pemkab Jelaskan Asal Penularannya

Menurut dia, vektor DBD biasanya muncul di lingkungan yang ditinggal penghuninya.

"Kosong karena misalnya rumah itu hanya ditinggali sepekan atau sebulan sekali. Kemudian anak kos yang meninggalkan tempat kosnya, diharapkan agar mengosongkan bak mandinya," ujarnya.

"Jika lupa (dikosongkan) maka disitulah muncul jentik nyamuk aedes aegypti," imbuh Cahya.

Pemantauan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3 M juga tetap harus dilakukan. Mulai dari menguras tempat yang menjadi tempat berkumpulnya nyamuk, menutup rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan kembali atau menyimpan dengan cermat limbah barang bekas.

"Seperti botol yang berpotensi menjadi genangan dan tempat perkembangbiakan nyamuk. Kemudian juga mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik)," kata dia, sekaligus mengingatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Baca Juga: Wacana Borobudur Naik Tarif, Pemkab Sleman Bersiap Optimalisasi Candi-candi Kecil

Cahya menyebutkan, pada 2022 hingga awal Juni ini, Kapanewon Mlati terlah mencatatkan 25 kasus DBD, sementara itu Kapanewon Depok punya 19 kasus dan Kapanewon Prambanan 18 kasus.

Sebanyak 161 kasus DBD ini memang lebih rendah dibanding jumlah kasus pada tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 400-500 bahkan 600 kasus.

Pasalnya, Kabupaten Sleman menerapkan program si Wolly Nyaman, --meletakkan ember dengan jentik nyamuk berwolbachia--, di beberapa titik, untuk mengendalikan menyebarnya nyamuk pembawa virus penyebab DBD.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More