SuaraJogja.id - Beberapa pedagang hewan ternak di Gunungkidul melakukan gerilya saat mengirim ternak mereka ke pelanggan. Para pedagang melakukan pengiriman pada malam hari menyusul pengawasan ketat yang diberlakukan oleh pemerintah merespon merebaknya penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Dari pantauan selama 3 malam terakhir, para pedagang mensiasati pengiriman hewan ternak mereka keluar dari Gunungkidul ketika malam hari. Hampir setiap malam terlihat di Jalan Utama Jogja-Wonosari melintas mobil pick up membawa tiga atau empat ekor sapi keluar Gunungkidul.
Salah seorang pedagang sapi yang enggan disebutkan namanya mengakui kebingungan menjual hewan ternak yang sudah mereka miliki. Jika menahannya lebih lama maka tentu biaya yang dikeluarkan lebih besar lagi.
"Sehari itu habis Rp50 ribu untuk pakan sapi. Tombok kalau lama-lama di rumah," terang dia, Sabtu (11/6/2022).
Baca Juga: Peragaan Busana di Dalam Gua Gunungkidul
Ia sengaja mengirim pesanan pada malam hari agar terhindar dari pemeriksaan. Sebab ia tahu, saat ini masih terjadi pengetatan untuk hewan ternak agar tidak bisa keluar dari Gunungkidul. Ia terpaksa kucing-kucingan karena memang kepepet.
"Piye neh, butuh mangan ro nyicil je. Pemerintah ra ngenei solusi (gimana lagi, butuh makan dan membayar angsuran je. Pemerintah tidak memberi solusi),"papar dia.
Seperti diketahui sejak beberapa waktu lalu, pemerintah telah menutup pasar hewan dan melarang mereka berdagang di seputaran pasar sebagai respon atas merebaknya kasus PMK. Namun pemerintah tidak memberikan solusi apapun kepada para pedagang apa yang harus dilakukan selama penutupan pasar berlangsung.
Kondisi ini tentu menyulitkan pelanggannya karena memang harus mengeluarkan biaya yang lebih besar terutama untuk mengkarantina hewan ternak sebelum dikirim ke luar daerah di samping juga untuk menyewa penginapan selama menunggu karantina.
Bagong misalnya, pedagang hewan ternak asal kapanewon Playen mengakui kondisi saat ini memang cukup menyulitkan bagi mereka terutama untuk memenuhi kebutuhan pesanan dari langganan di luar daerah. Dia harus berburu hewan ternak dari kampung ke kampung.
Baca Juga: Pria Sukoharjo Selingkuh dengan Oknum Dokter RSUD di Gunungkidul, Digerebek Istri Sah
"Pasar ditutup. Ya harus berkeliling cari dagangan,"terang dia.
Sudah dua minggu ini dirinya berusaha memenuhi pesanan langganannya yang berasal dari Bandung Jawa. Namun cukup sulit untuk memenuhi pesanan karena pasar hewan ditutup semua oleh pemerintah.
Ia bersyukur karena pelanggannya memahami kondisi yang terjadi saat ini. Pelanggan asal Bandung tersebut kini juga menyewa sebuah kandang atau lahan untuk mengkarantina sementara hewan-hewan tersebut sebelum dikirim ke Bandung.
"Dia meminta dikarantina dulu selama dua minggu sebelum dikirim. Untuk memastikan hewannya sehat. Juragan saya itu juga menginap menyewa di rumah penduduk, ndak perlu mewah di hotel. Rumah pendudukpun mau. Tetapi kan tetap menambah biaya,"terang dia.
Kepala Dinas Peternakan kabupaten Gunungkidul wibawanti Wulandari mengatakan hingga pertengahan pekan ini setidaknya ada 180 hewan ternak yang diindikasikan terjangkit PMK. OLeh karenanya, untuk sementara lalu lintas ternak diperketat.
Lebih lanjut, pihaknya kini tengah mengkaji rencana diterbitkannya surat Kesehatan Hewan (SKH) bagi hewan yang akan dikirim ke luar daerah.
"Masih kita rapatkan kebijakan lanjutan apa,"kata dia.
Dijelaskan berdasarkan pemeriksaan, ada 180 ekor hewan ternak di wilayah kabupaten Gunungkidul dinyatakan suspek penyakit mulut dan kuku atau PMK. 22 diantaranya sudah dinyatakan positif dan kini semuanya menjalani karantina serta pengobatan di kandang masing-masing.
Lalu lintas hewan ternak pun diawasi agar hewan-hewan tersebut tidak dijual keluar daerah serta tidak ada hewan ternak dari luar daerah yang masuk ke wilayah kabupaten Gunungkidul. Bahkan 2 hari sekali Dinas Peternakan mengunjungi karantina hewan yang suspek dan positif tersebut.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Pacar Telepon Thom Haye Tengah Malam Kasih Kabar Buruk: Perasaan Saya Campur Aduk
-
Revolusi Transportasi: Korea Selatan Operasikan Bus Malam Otonom di Seoul
-
Makan Malam Berat Berisiko Picu Diabetes? Ini Hasil Studi Terbaru
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Serem! Video Ulat Jati 'Kuasai' Jalanan Gunungkidul, Benarkah Musim Ulat Tiba?
Tag
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Tak Gelar Kampanye Akbar, Paslon Harda-Danang Lakukan Hal ini di 17 Kapanewon
-
Latihan Intensif Tak Berdampak, PSS Sleman Dipermalukan Tamunya PSBS Biak
-
Menteri Kebudayaan Buka Pekan Warisan Budaya Takbenda di Jogja, Optimisme Jadikan Kebudayaan Indonesia Mendunia
-
Penuhi Kebutuhan Kambing Secara Mandiri, Untoro-Wahyudi Luncurkan 1 Desa 1 Entrepreneur
-
Cari Properti di Surabaya, Cari Infonya di KPR BRI Property Expo 2024 Goes to Ciputra Surabaya