Dengan demikian, menurutnya, tim DP3 Sleman sebenarnya sudah siap, sudah sejak awal menyiapkan diri untuk menghadapi PMK.
"Saya bilang 'PMK ini Ibarat lari, lari maraton, bukan lari sprint. Kita butuh waktu dan tenaga yang lama'," sebut dia.
Ia juga masih ingat dengan apa yang dipaparkan Dirjen Pakan Ditjen PKH Kementan RI kala meninjau kick off vaksinasi PMK.
Di saat itu Dirjen menyebut bahwa kalau di masa lalu Indonesia butuh waktu 10 tahun untuk menyelesaikan PMK, maka diharapkan saat ini waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Tentu perubahan zaman juga menjadi alasan. Baik itu perkembangan teknologi maupun banyaknya SDM mumpuni.
Menurut Suparmono, penanganan Covid-19 di Indonesia khususnya di Kabupaten Sleman, bisa didaptasi untuk menangani PMK pada ternak.
"Yo jogo betul (ya betul-betul menjaga) ternak, petugas harus care (peduli) betul dan membantu. Kalau ada keluhan masyarakat, harus turun, harus segera," tegasnya.
Pernah mengemban tugas sebagai Panewu Cangkringan, ia membagikan tips dan trik saat menangani Covid-19 di permukiman lereng Merapi.
Cangkringan pernah jadi wilayah terpapar Covid-19 paling akhir, bila dibandingkan kapanewon lain di Kabupaten Sleman.
"Kami hijau satu-satunya waktu itu. Saya ceritakan saja kiat-kiatnya. Mirip-mirip lah kalau menangani virus ya," sebut dia.
Baca Juga: Ze Valente: Suporter Fanatik Bikin Saya Jatuh Cinta dengan PSS Sleman
Kini, ia dan DP3 sedang berupaya keras mengajak masyarakat menjaga dua kapanewon yang masih aman dari PMK.
Seluruh tenaga kesehatan di bidang veteriner dan tim Puskeswan maupun DP3 dikerahkan. Meminta bantuan akademisi juga tak jadi soal. Demi ternak tertangani dan sembuh.
Perbedaan data kematian ternak akibat PMK yang tercatat dalam sistem dan kenyataan, bukan lantas menjadi penghambat. Toh, tim di lapangan tahu kondisi sebenarnya.
Bukti DP3 tak sendirian bekerja melawan PMK ini, terlihat dari urun tangan para peternak, pengepul, dan orang lain yang banyak terlibat kaitannya lalu-lintas ternak.
Ada beberapa kandang komunal di Kabupaten Sleman yang menerapkan lockdown. Di antara kandang-kandang itu, kelompok menjual ternak mereka lewat penjualan daring.
Masyarakat jelas sadar, tingginya kasus PMK mayoritas karena tipe kandang ternak yang sifatnya komunal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Mantan Wali Kota Solo Teguh Prakosa Ditunjuk Jadi Plt Ketua DPC PDIP Solo
-
Gaji Anggota DPR Pajaknya Ditanggung Negara
-
BREAKING NEWS! Timnas Indonesia Batal Hadapi Kuwait di FIFA Matchday September 2025
-
Ditemukan di Tempat Sampah, Ditolak Panti Asuhan: Kisah Lily yang Jadi Jawaban Doa Nagita Slavina
-
Harga Emas Antam Hari Ini Lebih Murah Rp 4.000 Jadi Dibanderol Rp 1.929.000 per Gram
Terkini
-
Saksi Mata: 'Kami Kira Orang Piknik!' Kengerian Kericuhan Suporter PSIM di Parkiran Ngabean Jogja
-
Kiper PSIM Jadi Pahlawan, Gagalkan Penalti Klok di Detik Akhir, Persib Gagal Raih Poin Penuh
-
Polemik Royalti Lagu: Transparan atau Tidak? Temuan Pakar UGM Bongkar Borok Sistem Distribusi
-
Kuasa Hukum Keluarga Diplomat Arya Daru Tegaskan: 'Tidak Ada Masalah Mental! Keluarga Lebih Tahu!
-
Masa Depan Generasi Jawa Terancam? PKS DIY Siap Perangi Miras Online dan Judi Online