Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 29 Juni 2022 | 11:44 WIB
Kepala DP3 Sleman Suparmono di sela wawancara bersama sejumlah wartawan, saat meninjau vaksinasi PMK bagi ternak, di Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Sabtu (25/6/2022). (kontributor sleman/uli febriarni)

"Yo jogo betul (ya betul-betul menjaga) ternak, petugas harus care (peduli) betul dan membantu. Kalau ada keluhan masyarakat, harus turun, harus segera," tegasnya.

Pernah mengemban tugas sebagai Panewu Cangkringan, ia membagikan tips dan trik saat menangani Covid-19 di permukiman lereng Merapi.

Cangkringan pernah jadi wilayah terpapar Covid-19 paling akhir, bila dibandingkan kapanewon lain di Kabupaten Sleman.

"Kami hijau satu-satunya waktu itu. Saya ceritakan saja kiat-kiatnya. Mirip-mirip lah kalau menangani virus ya," sebut dia.

Baca Juga: Ze Valente: Suporter Fanatik Bikin Saya Jatuh Cinta dengan PSS Sleman

Kini, ia dan DP3 sedang berupaya keras mengajak masyarakat menjaga dua kapanewon yang masih aman dari PMK.

Seluruh tenaga kesehatan di bidang veteriner dan tim Puskeswan maupun DP3 dikerahkan. Meminta bantuan akademisi juga tak jadi soal. Demi ternak tertangani dan sembuh.

Perbedaan data kematian ternak akibat PMK yang tercatat dalam sistem dan kenyataan, bukan lantas menjadi penghambat. Toh, tim di lapangan tahu kondisi sebenarnya. 

Bukti DP3 tak sendirian bekerja melawan PMK ini, terlihat dari urun tangan para peternak, pengepul, dan orang lain yang banyak terlibat kaitannya lalu-lintas ternak.

Ada beberapa kandang komunal di Kabupaten Sleman yang menerapkan lockdown. Di antara kandang-kandang itu, kelompok menjual ternak mereka lewat penjualan daring. 

Baca Juga: Ibu Asal Sleman Suarakan Ganja untuk Medis, MUI Akan Siapkan Fatwanya

Masyarakat jelas sadar, tingginya kasus PMK mayoritas karena tipe kandang ternak yang sifatnya komunal. 

Load More