SuaraJogja.id - Berbeda dari sektor lain yang terpuruk selama pandemi COVID-19, industri atau bisnis kopi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY justru berkembang cukup signifikan. Komunitas Kopi Nusantara mencatat, sebelum pandemi jumlah kedai dan warung kopi di kota ini sekitar 1.700 hingga 2.000 unit.
Namun selama pandemi naik hampir dua kali lipat hingga mencapai 3.000 lebih kedai dan warung kopi. Belum lagi sekitar 3.000 warung angkringan yang juga menjual kopi sebagai salah satu produk jualannya. Bahkan industri kopi di Yogayakarta bagian utara bisa meraup keuntungan sekitar Rp 6 Miliar per bulan.
Kebutuhan untuk industri tersebut pun cukup besar. Untuk satu kedai dengan delapan outlet misalnya, membutuhkan 3 ton kopi dalam waktu satu bulan.
Namun perkembangan yang positif ini seringkali tidak dibarengi kesejahteraan petani-petani kopi berskala kecil. Petani kopi yang hanya mempunyai lahan di bawah 5 hektar seringkali tidak diakui keberadaannya dalam karena tak memiliki sertifikasi produk kopi setingkat internasional.
Baca Juga: Guru SMP di Jogja Akui Kelas Canggung Saat PTM Dimulai: Sekarang Sudah Cair
Belum lagi ancaman industri kapital yang saat ini lari ke bisnis kopi di DIY. Pelaku usaha kopi berskala kecil bisa saja gulung tikar yang imbasnya pada petani kecil yang tak mempunya pasar untuk produk yang mereka hasilkan.
"Usaha kopi kecil dan petani kopi kecil sulit berkembang karena ada ancaman dari kapital besar yang semakin masif," ujar Ketua Komunitas Kopi Nusantara, Wisnu Birowo dalam rangkaian Jogja Coffee Week di Yogyakarta, Rabu (13/07/2022).
Menurut Wisnu, industri kopi dari hulu hingga hilir harus bergerak cepat bila tidak ingin tersingkir dari industri ini kedepannya. Apalagi perang antara Rusia dan Ukraina sedikit banyak mengganggu alur lalulintas ekspor impor kopi di Indonesia, termasuk di DIY.
Pengembangan kebun kopi petani di tingkat hulu pun harus diperkuat. Sebab seringkali kebutuhan industri kopi tidak bisa dipenuhi oleh petani kopi lokal.
"Sektor hulu hingga hilir harus digerakkan bersama-sama agar kita tidak terancam kapital-kapital besar yang saat ini banyak menyasar bisnis kopi seiring tingginya konsumsi kopi di tingkat global," tandasnya.
Baca Juga: Vakum 3 Tahun Lamanya, Jogja VolksWagen Festival Hadir Kembali dengan Konsep Baru
Ditambahkan Sekretaris Komunitas Kopi Nusantara, Andri petani kopi berskala kecil memang banyak yang tidak mempunyai tempat untuk unjuk gigi. Persoalan ini terjadi karena mereka tidak bisa memenuhi standar produk kopi di level internasional.
"Karenanya di tingkat lokal, mereka perlu didorong agar kopi-kopi kampung bisa meramaikan industri kopi di Indonesia," ungkapnya.
Sementara Ketua panitia Jogja Coffee Week, Rahadi Saptata Abra mengungkapkan, Jogja Coffee Week akan digelar pada 2-6 September 2022 mendatang di Jogja Expo Center (JEC). Kegiatan kali kedua itu sengaja dilakukan untuk pengembangan usaha kopi mulai skala petani, UMKM hingga perusahaan besar pasca pandemi.
"Setelah dua tahun pandemi, kami ingin mengembalika usaha kopi dan segala turunannya, baik dari sisi hulu, tengah dan puncaaknya untuk kembali bertumbuh pesat," paparnya.
Kegiatan tersebut, lanjut Abra diharapkan membantu percepatan ekonomi di dalam negeri. Selain itu memacu pertumbuhan ekspor kopi Indonesia keluar negeri yang pasarnya semakin besar dan terus bertumbuh.
"Kita perlu menguatkan dan menjaga dinamika ekosistem bisnis dan komoditi kopi," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
7 Potret Jessica Wongso vs Raisa, Dianggap Mirip dari Gaya Hingga Ekspresi
-
Jessica Wongso Cover Lagu Lama Daniel Caesar, Belum 24 Jam Sudah FYP
-
Penikmat Manis Merapat! Ini 4 Cafe Dessert di Jogja yang Enak dan Aesthetic
-
Super Lengkap, Menjajal Menu di Angkasa Kopi Tiam Kota Jambi
-
Icip Menu Kopi Dusun, Kuliner Tradisional di Candi Muaro Jambi
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
-
Jangan Lewatkan! Amalan Malam Jumat untuk Perlindungan dari Fitnah Dajjal
-
Setelah Pilkada, Harga Emas Antam Meroket Jadi Rp1.513.000/Gram
Terkini
-
Internet Masuk Desa, Generasi Muda Diajak Pulang Kampung: Solusi Kemendagri Atasi Urbanisasi
-
Garrya Bianti Yogyakarta Siap Hadirkan Acara Natal dan Tahun Baru di Tengah Alam Terbuka
-
Pemkab Bantul Rencanakan Renovasi Sejumlah Sekolah di Tahun 2025 Mendatang
-
Berjasa Kembangkan Seni dan Budaya, Soimah dkk Raih Anugerah Kebudayaan DIY
-
Partisipasi Masyarakat Kulon Progo di Pilkada 2024 Rendah, Ini Faktor Penyebabnya