Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Rabu, 27 Juli 2022 | 18:54 WIB
Ilustrasi politik

SuaraJogja.id - Menurut peneliti senior Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic International Studies (CSIS), Vidhyandika Djati Perkasa, kampanye pemilu di kampus merupakan ajang edukasi politik bagi civitas academica.

Vidhyandika memandang, perlu pendidikan politik agar civitas academica, khususnya mahasiswa, dapat mengawal kebijakan para pemimpin dan wakil rakyat yang terpilih.

"Mahasiswa Indonesia tetap harus kritis terhadap rezim yang memerintah nanti," kata Vidhyandika ketika dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, hal penting yang harus diperhatikan oleh partai politik (parpol) dan kandidat adalah bentuk kampanye yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dunia akademis.

Baca Juga: KPU Bolehkan Gelar Kampanye Pemilu 2024 di Kampus, DPR RI Akan Bahas Syarat-syaratnya

Kampanye di kampus, kata dia, sebaiknya dikemas dalam bentuk diskusi, debat, atau seminar.

Vidhyandika juga menyarankan parpol dan kandidat juga meminta masukan dari perguruan tinggi mengenai materi kampanye.

Ia menekankan bahwa materi kampanye harus membahas isu-isu strategis di lingkungan kampus sehingga tepat sasaran.

Selain itu, parpol dan kandidat harus menawarkan sesuatu yang konkret dan mengena dengan kebutuhan para generasi muda, seperti ketersediaan lapangan pekerjaan, pemberian beasiswa dan perumahan.

Pengemasan materi kampanye harus logis dan rasional, karena mahasiswa sangat kritis dan peka terhadap cara penyampaian dan penguasaan materi kampanye.

Baca Juga: Respons KPU Izinkan Kampanye di Kampus, Dekan Fisipol UGM Ungkap Sisi Baik dan Buruknya

"Mereka tidak mudah dipengaruhi kalau kemasan dan materi kampanye tidak masuk akal," kata Vidhyandika.

Kampanye yang menyampaikan pesan normatif, menurut dia, akan percuma. Mahasiswa akan melihat sebagai jargon semata.

Berdasarkan hasil survei Milenial CSIS pada tahun 2017 mencatat generasi muda memiliki banyak kriteria untuk menentukan pilihan terhadap seorang figur pemimpin atau tokoh.

Survei tersebut menyebutkan beberapa kriteria tersebut, yakni seorang tokoh harus memiliki jiwa kepemimpinan, akuntabilitas, kecakapan, dan kapabilitas. [ANTARA]

Load More