Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 09 Agustus 2022 | 19:39 WIB
Salah satu titik area Selokan Mataram yang dikeringkan, di wilayah Kalurahan Banyurejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman, Selasa (9/8/20220).(kontributor/uli febriarni)

SuaraJogja.id - Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) mengeringkan sebanyak lebih dari 30 titik Saluran Mataram dan Van der Wijck. Pekerjaan pengeringan tersebut merupakan bagian dari program rehabilitasi saluran yang sudah berusia puluhan tahun, sekaligus meningkatkan kapasitas areal tanam. 

Kepala BBWSSO Dwi Purwantoro mengatakan, pengeringan dilakukan dengan sebelumnya membuat kesepakatan antara Komisi Irigasi dan para petani setempat. Komisi Irigasi yang akan menjembatani antara pemerintah dan masyarakat, mengenai waktu serta titik-titik pengeringan di saluran. 

"Jadi kami tidak akan melakukan pengeringan tiba-tiba, pasti diberi tahu. Karena pengeringan juga berdampak bukan hanya bagi pertanian, tetapi juga perikanan," ujarnya, Selasa (9/8/2022). 

Pengeringan normalnya dilakukan selama dua hingga tiga bulan, aliran dibuka kembali. Kemudian dalam jangka waktu tertentu, --sesuai kesepakatan Komisi Irigasi dan petani--, pengeringan kembali dilakukan. 

Baca Juga: Interview Sri Sultan HB IX Soal Siapa Penggagas Serangan Umum 1 Maret 1949

Titik yang diperbaiki itu, berada di wilayah saluran irigasi Selokan Mataram I yang mengalir dari Magelang, Jawa Tengah menuju Sleman, DIY.

Dwi mengungkap, rehabilitasi Selokan Mataram ini juga akan dilakukan dengan mengembalikan desain Selokan Mataram, yang merupakan cagar budaya peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, ke desain awal atau asli.

"Pasangan batu konstruksi tidak beton, tetapi batu kali segi enam, seperti desain awalnya. Namun prinsip teknis tetap kami kedepankan, kearifan lokal diutamakan. Tidak menggunakan beton-beton yang terlalu masif jadi lebih artistik," kata dia. 

Perbaikan Selokan Mataram ini dilakukan pula bersamaan dengan pembangunan yang dilakukan di hulu sungai atau bendung Karangtalun, Magelang dan Kulon Progo. Pembangunan bertujuan agar saluran irigasi bisa mengairi 5.144 hektar lahan di Jawa Tengah dan DIY.  Perbaikan dimulai dari Karangtalun hingga Kali Opak dekat Kapanewon Prambanan. Termasuk juga selokan Van der Wijck yang mengalir ke Sedayu, Kabupaten Bantul. 

"Bukan hanya perbaikan saluran irigasi, tapi jalan inspeksi juga kami perbaiki. Dengan rehabilitasi irigasi ini, maka musim tanam diharapkan bisa meningkat hingga 240 persen," ucapnya.

Baca Juga: Kisah Pohon Jati di Padukuhan Gari yang Diminta Sri Sultan HB IX Diganti TV Hitam Putih

Skema proyek perbaikan irigasi berpola tahun jamak selama tiga tahun, ditargetkan selesai Juni 2023. Pendanaan proyek sepenuhnya berasal dari APBN melalui Kementerian PUPR., senilai sekitar Rp181 miliar.

Kepala SNVT PJPA Serayu Opak Kuji Murtiningrum mengatakan, struktur saluran Mataram sudah cukup tua. Perbaikan selama ini hanya dilakukan skala minor. Sedangkan program rehabilitasi yang dilakukan saat ini merupakan rehabilitasi cukup besar setelah 30 tahun terakhir.

"Saluran Mataram II di Kalasan sepanjang 15 kilometer sudah diperbaiki pada musim hujan tahun ini. Karena curah hujan tinggi dan bangunan yang cukup tua mengakibatkan beberapa bagian irigasi longsor," jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman Suparmono, mengungkap bahwa pemeliharaan saluran Selokan Mataram dan Van der Wijck harus dilakukan mengingat bangunan itu sudah berusia puluhan tahun. Tujuannya, agar kerusakan yang terjadi tidak semakin parah. 

Ia berharap, masyarakat dapat menyesuaikan komoditas pertanian yang akan ditanam. 

"Kalau yang pertanian ya jangan yang butuh air banyak, mungkin palawija lebih bagus, tidak padi. Karena memang ketersediaan air jadi berkurang banyak, tinggal sesuaikan komoditasnya,' sebut Suparmono.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More