SuaraJogja.id - Otorita Ibu Kota Negara (IKN) berharap peran para ahli biologi untuk mendukung penerapan konsep kota hutan atau forest city yang ramah lingkungan di IKN.
Tim Ahli Tim Transisi Otorita Ibu Kota Negara Wicaksono Sarosa saat Seminar Nasional Kontribusi Biologi dalam Pembangunan Ibu Kota Nusantara Berkelanjutan di Balai Senat UGM, Rabu, mengatakan para pakar biologi diharapkan berinovasi memecahkan permasalahan lingkungan dalam pembangunan IKN.
"Otorita IKN sangat mengharapkan masukan dari berbagai bidang ilmu, termasuk biologi agar IKN benar-benar menjadi kota yang ramah lingkungan," ucap dia seperti dikutip dari Antara, Kamis (11/8/2022).
Menurut dia, para pakar biologi antara lain dapat membantu menentukan jenis pohon apa yang paling efektif di perkotaan yang berfungsi sebagai penyerap karbon dan pencipta iklim mikro.
"Namun pohon tersebut, juga sebaiknya dapat menunjang kehidupan hewan perkotaan, terutama serangga dan burung," ujar dia.
Dalam pengembangan IKN sebagai kota hutan, lanjut dia, terdapat prinsip-prinsip yang ditetapkan yakni nol deforestasi, konservasi keanekaragaman hayati, pengelolaan hutan berkelanjutan, peningkatan stok karbon, pelibatan masyarakat adat dan lokal, serta perbaikan tata kelola dan tata guna lahan.
Menurut dia, 75 persen kawasan hutan yang dipertahankan sebagai kawasan lindung di IKN akan menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan yang diselesaikan dengan konsep kota yang padat agar tidak melebar ke pinggiran kota yang dikhawatirkan membabat hutan lebih banyak.
"Koridor satwa juga akan dibangun seluas 30.000 hektare di IKN Utara serta restorasi area-area yang terdegradasi dan hutan dengan persemaian sekala besar di Mentawir," papar dia.
Namun demikian, Wicaksono mengatakan ada tantangan terkait jenis tanah di IKN yang didominasi tanah clay shale dengan daya dukung rendah.
Baca Juga: Bandara VVIP IKN Nusantara Baru Bisa Dikerjakan 2030, Difokuskan untuk Kunjungan Tamu Negara
Tanah tersebut, kata dia, sangat keras pada kondisi tertutup, tetapi akan berubah drastis dan menjadi lapuk jika ada kontak dengan udara sehingga sangat tidak stabil pada lahan dengan kemiringan yang cukup tinggi.
Tanah jenis itu, menurut Wicaksono, memiliki tingkat kesuburan rendah dan menjadi tantangan tersendiri dalam upaya restorasi hutan pembangunan dan kawasan budi daya pangan.
"Tantangan-tantangan ini perlu dijawab sekaligus menjadi peluang bagi para ahli biologi di Indonesia untuk berkontribusi dalam pembangunan IKN," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Profil Ni Made Dwipanti Indrayanti: Sekda DIY Perempuan Pertama di Jogja yang Sarat Prestasi
-
Rahasia Serangga Kali Kuning Terungkap! Petualangan Edukatif yang Bikin Anak Cinta Alam
-
Ni Made Jadi Sekda DIY: Mampukah Selesaikan Masalah Sampah dan TKD yang Membelit Yogyakarta?
-
40 Kebakaran dalam 8 Bulan di Yogyakarta: Waspada Korsleting dan Kelalaian
-
Kesiapsiagaan Nasional Gagal Tanpa Ini! Pakar UGM Ingatkan Masyarakat Soal Musim Hujan Lebih Awal