SuaraJogja.id - Masyarakat Kapanewon Imogiri kembali melaksanakan kirab siwur setelah dua tahun sebelumnya tidak digelar karena pandemi Covid-19. Kirab siwur ke-21 ini mengangkat tema “Dengan Semangat Budaya Imogiri Memperkokoh Bhineka Tunggal Ika Menuju Warisan Dunia”.
Ratusan peserta mengikuti kirab siwur dari halaman pendopo Kapanewon Imogiri sampai parkir wisata Pajimatan Wukirsari. Siwur yang diarak tersebut kemudian akan digunakan sebagai sarana nguras enceh yang akan dilaksanakan Jumat (12/8/2022) pagi pukul 08.00 WIB di kompleks pasarean dalem Sultan Agung Hanyakra Kusuma atau makam raja-raja Mataram di Imogiri.
Masyarakat Imogiri mengambil siwur atau gayung untuk dijadikan ikon pagelaran budaya pada bulan Sura atau bulan Muharam. Selain itu juga sebagai simbol wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Syukur tersebut adalah syukur dalam hati, syukur dalam ucapan, syukur dalam tindakan. Jadi syukur tersebut merupakan kesempurnaan manusia didalam ketaqwaan kepada Tuhan," kata Ketua Panitia Kirab Siwur, Widodo, Kamis (11/8/2022).
Pada umumnya siwur atau gayung dijadikan sarana untuk mengambil air, namun bagi sebagian masyarakat Jawa siwur tak hanya sebatas itu melainkan memiliki arti filosofi yang tinggi dari nama siwur yaitu ‘nek isi ora ngawur’. Jika dialihkan ke Bahasa Indonesia kata tersebut berarti kalau berisi hendaknya tidak ngawur atau tidak ngasal.
"Selain itu siwur juga dapat diartikan menurut dua kata didalamnya yaitu si yang berarti isi atau berisi dalam sifat ilmu atau materi dan wur yang berarti wur-wur atau suka memberi, rela dan tulus," papar Widodo.
Pada bagiannya, siwur memiliki 3 bagian yaitu bagian media yang berasal dari tempurung, bagian tangkai atau pegangan dan bagian kancing. Masing-masing bagian pada siwur juga memiliki makna tersendiri.
Pada bagian media berasal dari tempurung kelapa yang sudah dipisahkan dari serabut atau kulitnya. Pohon kelapa sendiri pada seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Dalam hal itu hendaknya manusia juga seperti pohon kelapa dimana kala hidup dapat berguna atau bermanfaat dan juga diperlukan bagi yang masih hidup ketika sudah meninggal sebagai panutan dalam kebaikan dan keluhuran budinya.
Bagian kedua merupakan tangkai atau pegangan yang terbuat dari kayu jati atau kajeng. Kajeng merupakan bahasa Jawa dari kemauan, sedangkan dengan kayu yang dipilih ialah jati berarti jati diri manusia. Makna yang terkandung dalam tangkai ini adalah kala manusia hidup harus mempunyai pegangan hidup atau tuntunan dan tatanan yang terdapat dalam keyakinan didasarkan pada kemauan. Sehingga disaat manusia meninggal nantinya dapat mempertanggung jawabkan ketika di dunia.
Baca Juga: Pelaksanaan Prosesi Kirab Siwur Digelar di 4 Titik, Ini Makna Setiap Titiknya
Bagian terakhir yaitu kancing atau kunci merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian siwur yang lain. Meskipun kecil dan tempatnya tersembunyi, kancing berperan sangat besar yaitu untuk mengaitkan pegangan dan media. Kancing tersebut juga berasal dari bambu kualitas baik. Jika diartikan kancing merupakan pemeran pemersatu dari berbagai perbedaan atau untuk mempersempit perbedaan dan memperluas kebersamaan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terkini
-
Jogja Diguyur Hujan Seharian? Cek Prakiraan Cuaca Lengkap Rabu, 17 September 2025
-
Profil Ni Made Dwipanti Indrayanti: Sekda DIY Perempuan Pertama di Jogja yang Sarat Prestasi
-
Rahasia Serangga Kali Kuning Terungkap! Petualangan Edukatif yang Bikin Anak Cinta Alam
-
Ni Made Jadi Sekda DIY: Mampukah Selesaikan Masalah Sampah dan TKD yang Membelit Yogyakarta?
-
40 Kebakaran dalam 8 Bulan di Yogyakarta: Waspada Korsleting dan Kelalaian