Namun setelah berjalan 1 semester lebih, ia merasa tidak sreg dengan jurusan tersebut. Dirinya pun mencoba mendaftar SNMPTN kembali di tahun berikutnya. Ia mengambil jurusan Sastra Indonesia di UGM.
"Alhamdulillah diterima. Tetapi sebelum pindah saya tetap tanya ke Bapak Ibuk, boleh ndak. Mereka mendukung kok," ujar dia.
Ia tahu penghasilan orang tuanya sebagai loper koran tidak terlalu besar. Maka ia berusaha mencari penghasilan di sela-sela kuliah. Tujuannya memang untuk membantu orang tua selama kuliah agar tidak terlalu terbebani akan biaya pendidikannya,
Ketika kuliah, Indah mengaku sering menjadi 'joki' tugas-tugas kuliah teman-temannya. Tak hanya itu, ia juga sering menerima jasa pembuatan dan penyelesaian skripsi. Sesekali ia juga menjadi petugas entri data di Badan Pusat Statistik Gunungkidul.
Baca Juga: Viral Momen Wisudawan Terbaik UGM Dapat IPK 4, Warganet Ikut Cemas: Tetangga Auto Minder
"Saya kan ikut bidik misi. Jadi kuliah gratis dan dapat uang saku setiap bulan. Tetapi untuk kos dan lain-lain kan tidak sedikit, saya tidak ingin terlalu membebani bapak dan ibu," kenangnya.
Kini sekelas lulus kuliah, Indah ingin cepat-cepat bekerja. Ia memiliki mimpi untuk bekerja di perusahaan penerbit besar di Ibukota. Ia pilih ibukota karena memang di sana banyak terdapat penerbit besar.
Bapak dari Indah, Muryadi mengaku bahagia dan bangga karena anaknya mampu meraih nilai membanggakan. Hal tersebut menjadi obat tersendiri bagi perjuangannya selama ini. Dalam kondisi apapun, ia tetap berangkat mengantar (loper) koran ke pelanggan.
"Saya terharu dan bersyukur kepada Alloh karena dilancarkan semuanya. Alhamdulillah saya yang hanya loper koran tetapi anak saya bisa kuliah di UGM dan lulus dengan predikat cum laude," tutur dia.
Memang awalnya ada rasa khawatir apakah dirinya mampu membiayai anaknya hingga lulus kuliah nanti. Karena ada tren penurunan minat masyarakat untuk membaca koran sehingga langganannya pun berkurang.
Terlebih karena pandemi ini sempat membuat usaha loper korannya terdampak dan mengalami penurunan. Pelanggannya turun menjadi sekitar 300 orang. Padahal awalnya jumlah pelanggannya bisa mencapai 500 orang setiap harinya.
Berita Terkait
-
Jokowi Akhirnya Buka Suara soal Ijazah! Ini Alasannya Tempuh Jalur Hukum...
-
Predator Seksual Berkedok Profesor, Guru Besar UGM Ramai Disebut Walid Versi Nyata
-
Guru Besar UGM Dipecat buntut Terlibat Kasus Kekerasan Seksual
-
Blak-blakan Budiman Sudjatmiko: dari Kereta Barang hingga Rencana Dahsyat Entaskan Kemiskinan
-
Kasus Pagar Laut Dikembalikan ke Mabes Polri, Pakar Harapkan Aktor Kelas Kakap Ikut Dijerat Hukum
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
AS Soroti Mangga Dua Jadi Lokasi Sarang Barang Bajakan, Mendag: Nanti Kita Cek!
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
Terkini
-
Batik Tulis Indonesia Menembus Pasar Dunia Berkat BRI
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin