SuaraJogja.id - Kepala BNPT Boy Rafli mengatakan generasi muda termasuk generasi z, terutama mahasiswa, harus dibekali moderasi beragama dan literasi digital untuk melawan penyebaran ideologi intoleran, radikalisme, dan terorisme.
"Generasi muda harus dibekali pengetahuan agar mereka tidak mudah terpapar dengan hal-hal berkaitan ideologi terorisme yang jauh dari kepribadian bangsa Indonesia," kata Boy Rafli, Rabu (31/8/2022).
Menurutnya, moderasi beragama adalah salah satu kiat dan cara agar negeri ini bebas dari intoleransi, radikalisme dan terorisme disamping penguatan wawasan kebangsaan dan kearifan lokal.
Untuk itu, Boy Rafli dalam acara kuliah umum pada Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) di Kampus IV Tuntungan, Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/8/2022) kemarin, mengapresiasi deklarasi Relawan Moderasi Beragama yang diikuti kurang lebih 6.000 mahasiswa dan mahasiswi baru UINSU dengan membubuhkan tanda tangan di kain kafan raksasa.
Boy Rafli juga menghaturkan terima kasih kepada rektor UINSU yang memberikan ruang dan waktu untuk membekali mahasiswa/mahasiswi baru tentang pencegahan radikalisme dan terorisme.
"Ini penting untuk menyelamatkan anak muda Indonesia sehingga mereka bisa menimba ilmu dan melaksanakan perkuliahan dengan baik, sekaligus memiliki semangat nilai-nilai kebangsaan, cinta kepada NKRI, dan semangat mencintai nilai luhur bangsa," katanya.
Ia melanjutkan, Indonesia adalah negara yang diberkahi Allah SWT dengan berbagai nilai luhur, yang terbangun sejak Republik Indonesia belum berdiri.
Dalam kesempatan itu, Boy juga mengingatkan para mahasiswa untuk berhati-hati saat bermedia sosial karena banyak sekali disebarluaskan melalui platform digital ini.
Dari data yang ada, Indonesia berada di nomor empat pengguna internet terbanyak di dunia. Dari 273 juta lebih dari 2 juta penduduk Indonesia menggunakan internet, kemudian 80 persen menggunakan akun medsos. Dan dari pengguna akun medsos 60 persen adalah generasi milenial dan generasi z.
Baca Juga: Mesti Tahu, Ini Kemampuan Media Sosial yang Perlu Dimiliki Dalam Interaksi Sehari-hari
Fakta itu membuat generasi muda begitu mudah tersambung dengan berbagai informasi. Para pengusung ideologi terorisme sangat mahir menggunakan media sosial. Mereka bahkan menyelenggarakan pelatihan untuk menjadi teroris secara online, tidak lagi harus bertatap muka dengan mentornya.
"Jadi hati-hati bermedia sosial apalagi dengan narasi agama yang ujungnya menganjurkan kekerasan yang ekstrem. Bahkan ada yang diajarkan menjadi bom bunuh diri. Di Indonesia sudah banyak. Demikian juga bahkan melibatkan kaum perempuan. Jadi yang mahasiswi semua kita mohon waspada menggunakan media sosial, jangan sampai nanti dengan asyik berkomunikasi di media sosial ternyata mereka menjadi bagian perekrut pelaku terorisme," katanya. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Kisah Pilu Dokter THT Lulusan UI dan Singapura Tinggal di Kolong Jembatan Demak
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Geger Pantai Sanglen: Sultan Tawarkan Pesangon, Warga Bersikeras Pertahankan Lahan
Pilihan
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
-
Tiga Hari Merosot Tajam, Harga Saham BBCA Diramal Tembus Segini
-
Fungsi PPATK di Tengah Isu Pemblokiran Rekening 'Nganggur'
-
Fenomena Rojali & Rohana Bikin Heboh Ritel, Bos Unilever Santai
-
Harga Emas Antam Terjun Bebas Hari Ini
Terkini
-
Sleman Siap Berantas Tambang Ilegal, Komitmen dengan KPK Jadi Senjata Utama?
-
Solo-Jogja Cuma 30 Menit, Jalan Tol Klaten-Prambanan Resmi Dibuka
-
Judi Online Berkedok Promo? Markas di Bantul Digerebek, Otak Pelaku Terungkap
-
Timor Leste Buka Pintu Lebar untuk Investor Indonesia: Peluang Emas di Sektor Pariwisata
-
Mulai Agustus: Yogyakarta Kerahkan Alat Berat, Normalisasi Sungai Dimulai