Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Wahyu Turi Krisanti
Rabu, 21 September 2022 | 16:15 WIB
Sejumlah warga menampilkan sejumlah pentas budaya sambil mengarak hasil bumi dan lemper pada kirab Rebo Pungkasan, di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]
Sejumlah peserta kirab menampilkan kesenian dari setiap padukuhannya saat pelaksanaan kirab Rebo Pungkasan di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul, Selasa (20/9/2022) malam. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]
Sejumlah warga mengarak gunungan hasil bumi dan sejumlah lemper saat kirab Rebo Pungkasan di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul, Selasa (20/9/2022) malam. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]
Warga membawa lemper yang diarak dalam kirab Rebo Pungkasan, di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]
Sejumlah warga menampilkan sejumlah pentas budaya sambil mengarak hasil bumi dan lemper pada kirab Rebo Pungkasan, di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul. [Wahyu Turi Krisanti/Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Meluasnya pandemi Covid-19 di Indonesia menghentikan sejumlah aktivitas. Termasuk kegiatan budaya yang ada di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul.

Kegiatan kirab Rebo Pungkasan yang selalu dilakukan setiap tahun harus berhenti. Namun landainya kasus Covid-19 di Bumi Projotamansari mendorong masyarakat menghidupkan budaya yang sudah dua tahun lamanya tak digelar.

Lurah Wonokromo, Machrus Hanafi mengatakan dalam rangkaian budaya ini, warga mengarak sejumlah hasil bumi dan juga lemper. Kegiatan seperti ini dimaknai juga sebagai penolak bala, atau malapetaka di tempat manusia tinggal.

Baca Juga: Dua Tahun Rebo Pungkasan Vakum, Warga Kalurahan Wonokromo Bantul Kirab Hasil Bumi dan Ratusan Lemper Menolak Bala

Load More