SuaraJogja.id - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, mengatakan bahwa slogan atau ucapan untuk menghentikan perang yang terjadi antara Russia dan Ukraina salah kaprah. Menurutnya lebih tepat jika seluruh pihak justru menekankan pada agresi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina.
"Ketika Anda mengatakan hentikan perang, itu tidak berarti apa-apa. Mengapa? Karena slogan ini digunakan oleh Putin dan federasi propaganda di Rusia juga," kata Vasyl saat diskusi di Fisipol UGM, Jumat (23/9/2022).
Disampaikan Vasyl, narasi yang ada selama ini adalah seolah Ukraina tidak ingin bernegosiasi atau berupaya menghentikam konflik itu. Justru kemudian Rusia yang terdengar vokal mengumandangkan untuk menghentikan perang tersebut.
Ia menilai setiap pihak termasuk bangsa-bangsa yang berusaha untuk mengatasi masalah itu perlu benar-benar paham persoalan yang ada. Dimulai dari memahami agresi militer Rusia itu ke Ukraina.
Baca Juga: Resesi Global Semakin Suram Dampak Perang Rusia-Ukraina, Ketahanan Pangan Harus Prioritas
"Jangan katakan hentikan perang, katakan hentikan agresi Rusia. Sebutkan nama agresor yang bertanggung jawab (atas konflik itu)," tegasnya.
Vasyl mengaku masih ingat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada beberapa waktu lalu tentang menghentikan perang. Tak lama setelah pernyataan kepala negara itu, diikuti oleh Duta Besar Rusia yang menyetujui seruan Jokowi tersebut.
Bahkan tak hanya setuju, kata Vasyl mereka menyebut bahwa pernyataan Jokowi harusnya ditujukan kepada negara-negara barat termasuk Pemerintah Ukraina. Dari situ menurutnya, propaganda dari Rusia itu sudah bisa terlihat.
"Jadi jangan hentikan perang, hentikan agresi Rusia. Ini adalah kunci dari semua masalah," ucapnya.
Sebab, diungkapkan Vasyl, semua orang di Ukraina tak melihat konflik itu sebagai sesuatu yang menguntungkan. Justru malah dapat merugikan berbagai negara di dunia.
Baca Juga: Indonesia Dorong Agar Nuklir Tidak Sampai Jadi Jalan Akhir Untuk Stop Perang Ukraina Rusia
Hal itu bisa dilihat dari apa yang terjadi sekarang atau dialami petani di Ukraina beberapa bulan terakhir sejak agresi Rusia dilancarkan. Tercatat hampir setengah dari ladang gandum terbakar akibat dari serangan Rusia.
"Maksud saya, dapatkah anda bayangkan kita memiliki jutaan ton gandum yang ingin kita berikan kepada dunia tidak hanya untuk mencegah krisis pangan. Tidak hanya untuk mencegah kelaparan, di negara-negara, seperti Afrika, dan Asia, dan di mana-mana. Tapi juga untuk membuat ekonomi itu bergerak," paparnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- 5 Mobil Eropa Bekas yang Murah dan Tahun Muda, Mulai dari Rp60 Jutaan
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
5 HP Murah dengan Desain Mirip iPhone Juni 2025, Bukan iPhone HDC!
-
Pemain Keturunan Rp 112,98 Miliar Potensi Comeback Gantikan Teman Duet Bek Klub Serie B Lawan Jepang
-
5 Mobil Keluarga Rp70 Jutaan Juni 2025: Kabin Longgar Mesin Bandel, Irit Bahan Bakar
-
Eksklusif dari Jepang: Mulai Memerah, Ini Kondisi Osaka Jelang Laga Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
Terkini
-
Sleman Banjir Wisatawan, Mei 2025 Catat Rekor Kunjungan, Ini 3 Destinasi Favoritnya
-
Geger! Penyadapan KPK Tanpa Izin Dewas? Ini Kata Ahli Hukum Pidana
-
UGM Temukan Cacing Hati di Hewan Kurban, Tapi Ada Penurunan Drastis, Apa Penyebabnya?
-
Relokasi Jukir dan Pedagang ke Menara Kopi Terancam Gagal: Izin Keraton Jogja Belum Turun
-
Pabrik Garmen Belum Pulih Pascakebakaran, Pemkab Sleman Kejar Solusi Hindari PHK