Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 03 Oktober 2022 | 16:38 WIB
Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto menyampaikan tentang penghentian rivalitas antarsuporter di DPRD DIY, Senin (03/10/2022). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Tragedi Kanjuruhan, Malang yang menewaskan 174 orang usai pertandingan sepakbola Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam BRI Liga 1 harus jadi pembelajaran berharga. Sebab walaupun tragedi Kanjuruhan bukan karena bentrok antarsuporter, dua klub tersebut memang sudah terlibat rivalitas sejak lama.

Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto pun meminta rivalitas antarsuporter bisa segera dihentikan. Sebab kasus yang sama juga pernah terjadi di DIY saat terjadi kekerasan antarsuporter sepakbola.

"Pada prinsipnya olahraga itu happy, pada prinsipnya olahraga itu pendidikan, olahraga masyarakat dan olahraga prestasi. Tapi ketiganya punya spirit yang sama untuk gembira bareng, untuk happy bareng, bukan hanya rivalitas," papar Eko di DPRD DIY, Senin (03/10/2022).

Menurut Eko, tragedi di Kanjurhan harus menjadi pembelaran utama dalam pengelolaan manajemen keolahragaan. Semua pihak harus memiliki komitmen yang sama untuk membesarkan sepakbola alih-alih saling bersaing.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Mahfud MD Pimpin Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF)

Pihak-pihak yang terlibat dalam kerusuhan tersebut harus bertanggungjawab penuh. Mereka yang bersalah harus diproses secara hukum.

"Tentunya siapa pun yang bertanggungjawab juga harus diproses secara hukum agar memberikan keadilan bagi masyarakat," tandasnya.

Meski korban tak sebanyak di Malang, bentrok antarsuporter juga terjadi beberapa waktu lalu di DIY pada Juli 2022 lalu. Akibatnya satu orang meninggal dunia akibat dikeroyok rombongan suporter.

"Cukupkan rivalitas antarsuporter, [kasus di kanjuruhan] itu jadi yang terakhir. Mari kita gunakan hati untuk membaca peristiwa itu," ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan tragedi meninggalnya suporter di Kanjuruhan bermula saat Arema sebagai tuan rumah ditekuk 2-3 oleh Persebaya. Suporter yang tidak terima akan kekalahan tersebut kemudian masuk ke lapangan pasca peluit akhir pertandingan dibunyikan.

Baca Juga: Ada Kekerasan Dalam Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM: Suporter Jalan Kaki Kena Tendangan Kungfu

Perusakan dilakukan suporter hingga akhirnya pihak kepolisian menembakkan gas air mata ke kerumunan suporter. Akibatnya banyak suporter yang pingsan, bahkan meninggal dunia.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More