SuaraJogja.id - Tanggal 3 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Kretek Nasional. Pada tahun ini, momentum itu dimaknai sebagai sebuah perayaan sekaligus perlawanan kretekus.
Diinisiasi oleh Komunitas Kretek, Komite Nasional Pelestarian Kretek dan Rokok Indonesia, perjuangan kretekus dihadirkan dalam acara Tribute to Kretek yang digelar di Asha Akasa, Sleman, Senin (3/10/2022).
"Kita bersama merayakan 3 Oktober sebagai Hari Kretek Nasional, serta menjadikan tanggal ini sebagai momentum perlawanan terhadap kenaikan cukai rokok," kata Ketua Panitia Tribute to Kretek, Aditia Purnomo, kepada awak media.
Disampaikan Aditia , acara ini menjadi agenda perlawanan dari kretekus terhadap rencana kenaikan cukai rokok yang terus digaungkan oleh Kementerian keuangan. Menurutnya kenaikan cukai rokok justru hanya akan membawa persoalan sendiri bagi Indonesia.
Bukan hanya bagi para pemangku kepentingan saja yang akan merasakan. Melainkan juga seluruh elemen masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
"Kenaikan cukai rokok adalah sebuah upaya menambal keuangan negara, tetapi di sisi lain menjadi lonceng kematian bagi para petani tembakau, petani cengkeh, buruh pabrik, serta juga konsumen rokok," tegasnya.
"Karena kenaikan cukai yang diiringi kenaikan harga rokok berdampak secara struktural pada penghidupan masyarakat kretek Indonesia," imbuhnya.
Ketua Komunitas Kretek, Jibal Windiaz menuturkan dampak yang akan terasa ketika cukai naik adalah tembakau dan cengkeh milik para petani akan berkurang serapan atau pembeliannya. Jika kemudian dibeli, harganya tetap akan anjlok atau buruk.
"Di Temanggung, tembakau grade bagus harganya anjlok, karena rokok yang berputar di pasar adalah rokok murah dengan kebutuhan tembakau grade rendah. Tembakau kualitas bagus, sudah tidak ada gunanya jika cukai rokok melulu naik," tutur Jibal.
Baca Juga: Bakal Terimbas Kenaikan Cukai Rokok, Pemerintah Diminta Lindungi Pekerja Industri SKT
Selain itu, akibat anjloknya harga tembakau juga membuat para petani tembakau di Pamekasan ikut marah. Ia menyebut bahwa kondisi tersebut sepenuhnya terjadi karena kebijakan cukai yang dilakukan pemerintah pusat terutama Kementerian Keuangan.
Disampaikan Jibal, kebijakan kenaikan tarif cukai rokok yang eksesif itu sudah membuat kuantitas dan kualitas produksi rokok di Indonesia menurun. Kemudian berdampak pada serapan tembakau serta harga jual tembakau di petani juga ikut turun itu tadi.
"Karenanya, kebijakan menaikkan tarif cukai rokok eksesif yang dilakukan Sri Mulyani telah menimbulkan prahara di masyarakat, serta mematikan penghidupan para petani," ucapnya.
Koordinator Komite Nasional Kelestariaan Kretek (KNPK) Badruddin menambahkan di bulan lalu saja ada sebuah pabrik rokok besar Apache yang harus menutup pabriknya. Kondisi itu diakibatkan lantaran tak kuat menghadapi tekanan ekonomi imbas cukai yang terus merangkak naik.
"Dampaknya, ya buruh-buruh yang bekerja di sana harus kehilangan pekerjaan, dan keluarga mereka yang di-PHK kehilangan harapan hidup," ujar Badruddin.
Belum lagi, imbuh Badruddin persoalan harga rokok mahal juga membuat rokok ilegal semakin menjamur di pasaran. Produk itu jelas berbeda dengan rokok berpitacukai yang memiliki standar nasional.
Rokok ilegal sendiri merupakan produk yang kualitasnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga akan lebih berbahaya pula jika tak ada pengawasan terkait hal itu.
"Jika kemudian yang beredar adalah rokok ilegal dengan kandungan mercon sebagai pengganti kretek, hal ini tentu membahayakan konsumen," cetusnya.
Dengan berbagai kondisi itu, pihaknya dengan tegas menolak wacana kenaikan tarif cukai rokok yang tengah digagas Kementerian Keuangan. Sekaligus menyatakan sebuah perlawanan terhadap negara jika benar melakukan kebijakan tersebut.
"Kami juga mengajak para pemangku kepentingan, para petani tembakau, petani cengkeh, buruh pabrik rokok, pedagang rokok, serta konsumen rokok untuk menyatakan perlawanan dan penolakan terhadap kenaikan tarif cukai rokok," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Pemerintah Mau Eliminasi TBC 2030 Tapi Tak Berani Naikan Cukai Rokok, Memang Bisa?
-
Kemenkeu Pastikan Cukai Rokok Tak Akan Naik Hingga 2025, Pemerintah Dinilai Gagal Lindungi Kesehatan Masyarakat
-
Setengah Tahun Pasca Kenaikan Cukai, Ini Harapan Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia
-
Petani Tembakau Bersikeras Dapat Berdialog Langsung dengan Menteri Sri Mulyani
Terpopuler
- Ditahan Atas Dugaan Pemerasan, Beredar Rekaman Suara Reza Gladys Sebut Mail Syahputra Tolak Transferan
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Jebloskan Nikita Mirzani ke Penjara Reza Gladys Sempat Disebut Cocok Gabung Gen Halilintar
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
Pilihan
-
Owner Wong Solo Grup Laporkan Pengusaha Asal Bekasi dalam Kasus Penipuan Investasi
-
Sosok Widi Hartoto Corsec Bank BJB Tersangka Kasus Korupsi Iklan, Punya Harta Miliaran Rupiah
-
Kembali Difitnah Soal Kirim Utusan ke PDIP, Jokowi: Diam dan Senyumin Aja
-
Driver Ojol Dapat 'Tunjangan Hari Raya (THR)' 2025, Ini Kriteria dan Syaratnya
-
Komunitas Milenial Bergerak Sukses Gelar Aksi Sosial BERMANJA di Yogyakarta
Terkini
-
Pelaku Pembakaran Gerbong di Stasiun Yogyakarta Jadi Tersangka, KAI Alami Kerugian Rp 6,9 Miliar
-
Cakupan Kepemilikan Dokumen Kependudukan Bantul Capai Target Nasional
-
Pertama di Indonesia, Wamenkop Resmikan Koperasi Merah Putih Gapoktan Sidomulyo di Sleman
-
Ekonom UGM Soroti Isu Sri Mulyani Mundur, IHSG Bakal Memerah dan Sentimen Pasar Negatif
-
Nekat, Perempuan Asal Gunungkidul Ajak Suami Curi Motor dan Uang di Bekas Tempat Kerjanya