SuaraJogja.id - Isu mental health atau kesehatan mental banyak jadi sorotan anak muda saat ini, termasuk Generasi Z. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar satu dari lima penduduk. Dengan kata lain, ada sekitar 20 persen populasi di Indonesia memiliki potensi masalah gangguan jiwa.
Bahkan riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Lebih dari 12 juta penduduk berusia diatas 15 tahun mengalami depresi.
Penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol musim kesepuluh, Ziva Magnolya pun memiliki kekhawatiran akan stigma isu kesehatan mental ini. Karenanya sebagai musisi, dia berupaya ikut berperan dalam melawan stigma tersebut sesuai kapasitasnya sebagai penyanyi.
"Peranku sebagai musisi dan publik figur mestinya bisa memberika hal-hal yang lebih positif kepada para pendengar dan juga pembaca dari yang setiap aku posting [di sosial media]," papar Ziva disela Festival Generasi Happy di Yogyakarta, Minggu (20/11/2022).
Ziva juga mencoba memberikan pesan yang positif melalui karya-karyanya. Melalui lagu-lagu yang diciptakan dan dinyanyikannya, penyanyi berusia 21 tahun tersebut berharap bisa didengarkan banyak orang, termasuk anak-anak muda yang tengah berjuang akan masalah kesehatan mental mereka.
Lewat sosmed pula, penyanyi yang kini merambah dunia akting dan pembawa acara ini pun mencoba memberikan pesan yang positif. Melalui caption dan unggahannya di sosmed, Ziva menulis hal-hal yang bermanfaat dan membuka pemikiran anak muda untuk tetap semangat apapun yang terjadi.
"Buat aku pribadi yang lahir ditengah perkembangan teknologi internet, aku merasa yang kita yang tidak lepas dari sosial media, banyak hal yang bisa kita dapatkan hal-hal positif dan lakukan dari sosial media. Di generasi happy aku pengen mengajak generasi muda untuk lebih positif dalam memanfaatkan teknologi," ungkapnya.
Sementara Robby Hikmat Permana, District Operation Head Central & West Java IOH, mengungkapkan literasi digital sangat penting untuk melawan stigma isu kesehatan mental di Indonesia. Anak muda harus memiliki kepedulian memanfaatkan teknologi dan dunia digital secara positif alih-alih membuat hate speech.
"Edukasi kepada generasi z untuk mengatasi masalah kesehatan mental [sangat dibutuhkan], bagaimana memanfaatkan dunia digital dengan positif," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Rasa Syukur vs FoMO, Siapa yang Menang di Dunia Media Sosial?
-
Bukan Sekadar Cerdas: Saatnya Bentuk Karakter Anak yang Tangguh dan Peka di Era Digital
-
8 Tanda Kamu Tidak Depresi, Tapi Punya Kecerdasan Emosional Tinggi
-
Junk Food dan Makanan Ultra Proses Bisa Perburuk Kesehatan Mental, Pikir Ulang sebelum Konsumsi
-
Duka yang Diabaikan: Remaja Kehilangan Orang Tua, Siapa Peduli?
Terpopuler
- Selamat Tinggal, Elkan Baggott Pergi
- 5 Rekomendasi HP Gaming Rp1 Jutaan: Kamera Oke, RAM Besar Baterai Awet
- Selamat Tinggal Miliano Jonathans, Orang dalam PSSI Bongkar Fakta Ini
- Blak-blakan Zarof Ricar Sering Main Kasus, Ungkap Sosok Hakim Agung Pemberi Akses Perkara
- Mengenal Siti Purwanti, Ibu Maxime Bouttier yang Meninggal di Rumah Luna Maya
Pilihan
-
Prabowo Bakal Terbitkan Perpres Tambahan Anggaran MBG Senilai Rp 50 Triliun
-
Pedagang Menjerit! Harga Kelapa Parut di Solo Naik 100 Persen
-
Modal Asing Cabut Rp 50,72 Triliun dari Pasar Saham RI
-
Gerebek Tengah Malam di Klaten, Polisi Amankan Remaja Asyik Main Kartu
-
Polres Boyolali Tangkap Pengeroyok Nenek yang Ketahuan Mencuri Bawang
Terkini
-
Dalang Kebocoran Soal ASPD Terungkap, Disdikpora DIY dan Jogja Tak Beri Sanksi?
-
Koperasi Merah Putih: Mimpi Desa Wisata Mandiri Terwujud? Ini Strategi Jitu Kemenpar & Kemenkop
-
'Lumbung Mataraman': Cara Cerdas Jogja Atasi Surplus Makanan & Bantu Warga Rentan
-
Simak, Transformasi Pendidikan di SMPN 6 Bayan Lewat Bantuan Digital BRI
-
Tabrak Lari Maut di Kulon Progo, Pesepeda Ontel Meninggal Mobil Silver Metalik Jadi Petunjuk