Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 26 Desember 2022 | 20:27 WIB
Ternak terkena LSD.(dok/ist DP3 Sleman)

SuaraJogja.id - Dua ekor sapi di Kabupaten Sleman ditemukan positif menderita Lumpy Skin Disease (LSD).

Penyakit ini ditandai dengan munculnya bentol-bentol kecil seputar leher sapi. Bentolan tersebut menimbulkan gatal dan membuat nafsu makan ternak berkurang. 

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Suparmono mengungkap, temuan dua sapi terpapar LSD di Sleman bermula ketika petugas Puskeswan menemukan ternak sapi di Beran Kidul, Tridadi, Kapanewon Sleman yang menunjukkan gejala bentol-bentol pada kulit, demam dan kurang nafsu makan.

Sapi bermasalah itu ditemukan sebanyak 28 ekor, pada 20 Desember 2022.

Baca Juga: Kuota Gas Melon Sleman Tambah 3 Persen untuk Kebutuhan Selama Nataru

"Petugas melaporkan temuan itu ke Isikhnas. Selanjutnya, 22 Desember, ditindaklanjuti Bbvet Wates dengan menginvestigasi ke lapangan. Beberapa ternak sakit dilakukan pengobatan dan diambil sampelnya," kata dia, Senin (26/12/2022).

"Pada 23 Desember 2022 ditemukan positif. Jadi hasil pengujian LSDV PCR realtime menunjukkan dua ekor sapi di kandang tersebut hasilnya positif," lanjutnya.

Suparmono menambahkan, berdasarkan informasi dari pemilik, sapi tersebut dibeli dari Pasar Hewan Ambarketawang, Gamping pada sepuluh hari lalu.

Saat dibeli, kondisi ternak dalam keadaan sehat. Namun selang beberapa hari kemudian, ternak tersebut mengalami gejala kurang nafsu makan dan demam serta muncul bentol-bentol kecil di sekitar leher.

Pemilik lalu melaporkan hal tersebut kepada petugas Puskeswan setempat.

Baca Juga: Andritany Ingin Laga Tunda Persija vs PSS Sleman Cepat Temui Titik Terang

"Penyakit LSD tidak dapat menular ke manusia (bukan zoonosis). Ini merupakan penyakit infeksius dari capripox virus dalam famili poxviridae yang juga dikenal dengan nama Neethling Virus," terangnya.

Penyakit LSD sejauh ini hanya menyerang pada ternak sapi dan kerbau. Masa inkubasinya 28 hari.

"Jika cepat ditangani, tingkat kematian ternak terpapar virus ini di bawah 10 persen. Namun tingkat kesakitan mencapai 45 persen", ucapnya.

Tingkat kesakitan tersebut, imbuh Pram, menyebabkan produksi susu, produksi daging menurun.

Menghadapi LSD, Pram meminta kepada peternak sapi maupun kerbau yang mendapati ternaknya mengalami gejala menyerupai LSD, agar segera melapor.

"Agar segera ditindaklanjuti. Kami khawatir penularan LSD ini relatif cepat seperti wabah PMK," terangnya.

Kekhawatiran itu bukan tak beralasan, pasalnya setelah temuan dua sapi positif di Tridadi, Sleman, pihaknya juga menemukan dua sapi suspect LSD di wilayah Kapanewon Mlati.

Ia mengaku sudah datang langsung ke kandang ternak di Mlati. Kemudian memberikan pengobatan dengan menyuntikkan vitamin maupun obat luka.

"Yang suspect ini juga kami ambil darahnya. Ada dua ekor sapi yang kami ambil sampel darahnya dan akan diuji ke Bbvet. Kemudian, besok Bbvet juga akan tracing ke minimal 10 peternak," kata dia.

DP3 Sleman juga sudah memberikan informasi dan edukasi kepada para peternak di Sleman untuk mewaspadai LSD, kata Pram.

Peternak juga diminta memisahkan atau isolasi bagi ternak yang bergejala. Meningkatkan biosecurity kandang, disinfeksi secara rutin sekaligus menjaga kebersihan kandang. Karena salah satu vektor penularan penyakit ini adalah lalat.

"Kandang sapi yang tidak bersih pasti lalatnya banyak. Ini bisa menjadi salah satu vektor yang membawa virus ke peternak lain. Kemarin, saat kami tes sapi [positif], kami juga ambil sampel lalatnya. Jika kandang bersih, maka serangan LSD ini relatif rendah," kata dia. 

Sementara itu kepada masyarakat, ia mengimbau agar berhati-hati saat membeli ternak di pasar.

Memberikan keterangan secara terpisah, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo meminta peternak di Sleman tidak panik, namun tetap meningkatkan kewaspadaan.

Ia sudah mendapat laporan mengenai ditemukannya dua kasus penyakit LSD pada ternak.

Pemkab Sleman melalui DP3 telah melakukan berbagai langkah-langkah strategis sebagai upaya penanggulangan penyakit LSD ini, jelas Kustini.

Bahkan, telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY untuk meminta vaksin ke Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan,  Kementerian Pertanian. 

"Kami sudah minta melalui pemerintah provinsi untuk meminta vaksin ke Kementerian. Nantinya vaksinasi akan segera dilakukan jika vaksin sudah kami terima," kata dia. 

Kontributor : Uli Febriarni

Load More