SuaraJogja.id - Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM Hempri Suyatna menyatakan gaji hingga tunjangan kinerja (tukin) tak menjamin seseorang lantas bebas dari potensi tindak korupsi. Hal itu akan sia-sia jika tak ada mentalitas yang kuat dari para pegawai atau pribadi itu sendiri.
Pernyataan itu sekaligus menanggapi tentang tukin pegawai pajak yang tinggi. Menurutnya selain mengevaluasi pemberian tukin, mentalitas dan moral birokrat tak boleh lupa diperbaiki.
Hempri menilai persoalan terkait mentalitas para pegawai itu sendiri yang kemudian menjadi persoalan terbesar tentang tindak pidana korupsi. Melihat beberapa kasus korupsi tetap dilakukan oleh orang-orang dengan berpenghasilan tinggi.
"Kadang kala tidak ada korelasi upah yang tinggi itu tidak akan korup. Itu kan dalam banyak kasus para pelaku korup justru yang punya kemampuan ekonomi tinggi. Sehingga harus ada revolusi mental, revolusi karakter," kata Hempri, Minggu (26/2/2023).
Tingginya tukin, ujar Hempri, perlu dibarengi dengan perbaikan kinerja dan mentalitas para pegawainya. Sehingga dapat menciptakan sebuah kondisi yang berperan positif di masyarakat.
"Mereka harus ya tadi mentalitas yang baik untuk tidak mudah kena suap. Ya supaya mereka bisa menjaga pola pemerintahan yang clean government itu. Untuk kukuh, kuat terhadap godaan dan tegas terhadap berbagai hal yang mungkin penyelewengan," tuturnya.
Sayangnya, disampaikan Dosen di Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) Fisipol UGM itu selama ini kadang persoalan perbaikan mentalitas dan moral birokrat itu terlewat. Pemerintah hanya menyentuh aspek ekonomi saja tanpa memberikan perhatian ke aspek lain.
"Jangan-jangan hanya menyetuh aspek ekonominya tapi aspek sosialnya ya itu karakternya pengembangan karekter birokrat jangan-jangan terabaikan," ucapnya.
Ia menyebut bahwa kasus yang menimpa pegawai pajak baru-baru ini sudah tentu akan mengikis kepercayaan publik. Terlebih kepada kantor pajak yang sudah susah payah membangun citra mereka selama ini.
Baca Juga: Publik Suarakan Keadilan untuk David, Polres Jaksel Dipenuhi Karangan Bunga
Kondisi itu jelas merugikan bagi mereka yang berada di kantor pajak. Mengingat sekarang ini memasuki bulan-bulan pelaporan SPT oleh masyarakat.
"Orang menjadi distrust (ketidakpercayaan) terkait dengan pajak. Misalnya kadang kala kurang pajak tinggi tapi ternyata uangnya tidak benar-benar optimal kembali kepada rakyat. Bisa muncul distrust itu," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler Sepak Bola: 9 Pemain Dicoret, Timnas Indonesia Gak Layak Lolos Piala Dunia 2026
- 7 Mobil Bekas Senyaman Innova: Murah tapi Nggak Pasaran, Mulai Rp70 Jutaan, Lengkap dengan Pajak
- 9 Mobil Bekas Murah Tahun Muda di Bawah Rp100 Juta, Kabin Nyaman Muat 8 Penumpang
- 5 Moisturizer Lokal Terbaik 2025, Anti Mahal Kualitas Setara Brand Internasional
- 10 Rekomendasi Mobil Bekas Budget Rp50 Jutaan, Irit Bahan Bakar dan Performa Oke!
Pilihan
-
Setelah 33 Korban, Pemerintah Baru Evaluasi Total Tambang Pasir Cirebon
-
Review Sunscreen Vaseline Daily Sun Refreshing Serum, Terbukti Lindungi Kulit
-
Bahlil Ngegas Ditanya Diskon Tarif Listrik: Tanya ke yang Umumkan
-
Fakta Miris Keluarga Pemain Naturalisasi Malaysia Imanol Machuca
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 6 GB Terbaik Juni 2025
Terkini
-
Kongres PDIP Molor: Ada Apa di Balik Penundaan? Analis dan Kader Angkat Bicara
-
Kasus Covid-19 Meningkat di Asia, Dinkes DIY Siapkan Strategi Hadapi Potensi Lonjakan
-
Bantul Targetkan Bebaskan 330 Hektare dari Kumuh: Ini Strategi Ambisiusnya di 2026
-
AirNav Indonesia Prediksi Tak Ada Lonjakan Penumpang Pesawat saat Libur Idul Adha
-
6 Juni 2025 Idul Adha Serentak, MUI DIY Ingatkan Soal Takbir Tertib dan Solidaritas Sosial