SuaraJogja.id - Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta mencatat penurunan intensitas curah hujan mulai Mei 2023. Hal itu sebagai salah satu petunjuk bahwa wilayah Yogyakarta akan segera memasuki musim kemarau.
Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan untuk curah hujan pada Mei sendiri telah masuk dalam kriteria rendah hingga menengah. Curah hujan itu berkisar antara 21-150 milimeter per bulan.
"Diprediksi pada tiga dasarian ke depan (dasarian I Mei hingga dasarian III Mei 2023), curah hujan berkisar antara 0-100 mm dengan kategori rendah hingga menengah," kata Reni dalam keterangannya, Selasa (9/5/2023).
Pada Juni sendiri sudah memasuki fase kriteria rendah yakni berkisar antara 0-100 milimeter per bulan. Hingga kemudian memasuki Juli, curah hujan sudah tergolong kriteria rendah yang berkisar antara 0 hingga 50 milimeter per bulan saja.
Baca Juga: Kemenag DIY Pastikan Jemaah Haji Cadangan Tak Tertinggal Proses Persiapan
Disampaikan Reni, berdasarkan pengamatan gejala fisis dan dinamika atmosfer-laut terkini menunjukkan bahwa angin Timuran atau Monsun Australia sudah mulai aktif. Angin tersebut mulai mendominasi wilayah Indonesia.
"Angin timuran menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia sudah mulai memasuki periode musim kemarau," terangnya.
Reni menyebut anomali suhu muka laut perairan Indonesia juga sudah mulai terpantau. Pada medio Mei-JUli 2023 akan didominasi kondisi normal yang kemudian akan beralih menuju anomali positif/hangat pada Agustus-Oktober 2023.
Sedangkan untuk indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) sendiri diprediksi masih akan netral. Walaupun tetap ada potensi kemunculan El Nino dengan presentase di atas 70 persen dengan intensitas lemah hingga moderat pada Juni 2023.
Dalam kesempatan ini BMKG tak lupa memberikan imbauan kepada seluruh pihak tentang musim kemarau yang akan segera datang di DIY. Terlebih dengan potensi kemarau yang lebih kering tahun ini.
Baca Juga: Masih Tunggu Pelunasan Jemaah, Kuota Haji DIY 2023 Belum Terpenuhi
"BMKG menghimbau pemerintah daerah dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau 2023 yang diprakirakan akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya," tuturnya.
Berita Terkait
-
Waspada! Indonesia Diprediksi Makin Panas 2025, Kenaikan Suhu Lebih Tinggi Dibanding 30 Tahun Terakhir
-
Perbedaan El Nino dan La Nina: Siapa yang Bikin Angin Kencang Melanda Indonesia?
-
Korban Erupsi Gunung Lewotobi Tambah Jadi 10 Orang, Warga Dilarang Beraktivitas di Radius 7 Km
-
Dukung Mahasiswa Kembangkan Karya, Simak Gelaran Jakarta Doodle Fest Art School Roadshow
-
Pangandaran Diguncang Gempa M 5.0, Getarannya Dirasakan hingga ke Sukabumi
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Baru Sebulan Jadi Bos NETV, Manoj Punjabi Mengundurkan Diri
-
Harga Emas Antam Meroket! Naik Rp14.000 per Gram Hari Ini
-
Selamat Ulang Tahun ke-101, Persis Solo!
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
Terkini
-
Jagung dan Kacang Ludes, Petani Bantul Kewalahan Hadapi Serangan Monyet
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi
-
Pengawasan Miras di DIY sangat Lemah, Sosiolog UGM Tawarkan Solusi Ini
-
Pakar hukum UGM Usul Bawaslu Diberi Kewenangan seperti KPK