Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 10 Juni 2023 | 16:42 WIB
Kepala Dishub Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho di Yogyakarta, Jumat (09/06/2023). [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Dinas Perhubungan (dishub) Kota Yogyakarta melaksanakan rekayasa lalulintas (lalin) untuk mengantisipasi tingginya kendaraan privat yang masuk ke Kota Yogyakarta pascapembangunan tol Trans Jawa, terutama Jogja-Solo. Sebab meski bukan masuk perlintasan yang dilewati tol, Kota Yogyakarta menjadi destinasi bagi kendaraan yang keluar dari tol melalui Klaten, Jawa Tengah (jateng).  

"Dari data atau survei yang kami lakukan terhadap masyarakat, seandainya tol sudah sampa terkoneksi sampai ke yogyakarta, maka preverensi masyarakat datang ke yogyakarta itu hampir menyentuh angka delapan puluh persen menggunakan moda transportasi privat," ungkap Kepala Dishub Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho di Yogyakarta, Jumat (09/06/2023).

Menurut Agus, bila tidak dilakukan rekayasa lalin di Kota Yogyakarta, maka tingginya angka kendaraan privat yang masuk ke Kota Yogyakarta akan menjadi persoalan serius. Karenanya manajemen rekayasa lalin diharapkan bisa mengantisipasi kepadatan kendaraan yang masuk ke kota ini.

Rekayasa lalin yang diberlakukan diantaranya berupa kebijakan park and ride. Bus dan kendaraan truk angkutan tidak diperbolehkan masuk ke jantung Kota Yogyakarta. 

Baca Juga: Diikuti Banyak Lansia, Kemenag Kota Jogja Minta Jemaah Haji Diminta Saling Bantu

"Pola park and ride sudah dilakukan dengan menambah titik-titik parkir seperti di bekas kampus stiker, di maguwo, gamping dan jombor," jelasnya.

Agus menambahkan, road pricing atau jalan berbayar ke depan memungkinkan untuk diberlakukan. Setiap kendaraan yang masuk ke kawasan khusus dikenakan biaya masuk.

Sebelum kebijakan tersebut diterapkan, Pemkot baru mengujicoba kebijakan ganjil genap bagi kendaraan yang masuk ke kawasan khusus seperti Malioboro. Hal itu dilakukan untuk mengurangi debit kendaraan yang masuk ke Kota Yogyakarta.

"Kalau nggak, nanti tidak dilakukan rekayasa-rekayasa seperti itu maka akhirnya orang [bilang] yogyakarta macet, ya gimana tidak macet, jutaan kendaraan yang kami prediksi masuk [ke jogja] ya tidak mampu jalannya, meskipun mengurangi kenikmatan wisata," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Baca Juga: 353 Jemaah Haji Kota Yogyakarta Siap Berangkat, Hampir 30 Persen Lansia

Load More