Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 29 Juli 2023 | 17:35 WIB
Mahasiswa KKN PPM UGM memperlihatkan produk inovasi bahan pangan buah naga di Pesanggaran, Banyuwangi, Dinda Lutfia Nabilla di Pesanggaran, Banyuwangi, Jatim, Jumat (28/07/2023). [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Ditengah viralnya beberapa kasus mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diusir akibat tindakan tidak terpuji saat berada di lapangan, mahasiswa  Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM di Kabupaten Banyuwangi memberikan contoh yang baik. Alih-alih mengeluhkan kesulitan mereka yang kemudian diunggah di sosial media (sosmed), puluhan mahasiswa yang berada di Tanah Merah justru memberikan manfaatkan bagi masyarakat sekitar, khususnya petani buah naga.

Bilamana tidak, mereka membantu para petani buah naga di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi yang seringkali merasakan kerugian besar. Terlebih saat mereka tengah panen besar buah dengan nama latin tanaman tropis Hylocereus polyrhizus tersebut.

Menjadi menjadi komoditi yang besar di  Desa Pesanggaran dan Desa Sumbermulyo, para petani di dua desa itu harus gigit jari justru saat panen besar tiba. Harga buah naga di daerah tersebut turun drastis dan membuat para petani rugi besar.

Saat puncak panen, harga buah naga yang banyak dijumpai di Indonesia itu tak lebih dari Rp 4 ribu per kg. Padahal saat bukan musim panen, komoditas buah naga bisa dijual lebih dari Rp 20 ribu per kg.

Baca Juga: Bicara Solusi Penanganan Sampah usai TPST Piyungan Ditutup Sementara, Pakar UGM Beberkan Hal Ini

Bahkan agar tidak semakin merugi, para petani membuang buah naga yang memiliki kandungan vitamin tinggi ini. Mereka juga memanfaatkan buah itu untuk pakan ternak. Padahal satu kali panen, petani bisa menghasilkan lebih dari 10 hingga 15 ton per hektarnya.

Kondisi memprihatinkan ini akhirnya membuat mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM di Kabupaten Banyuwangi pun mencoba mencari cara agar petani tak semakin merugi saat panen raya.

Melalui inovasi yang dilakukan, mahasiswa melakukan diversifikasi olahan pangan dari buah naga di Pulau Merah ini. Mereka mengolah buah naga menjadi produk agroindustri.

"Kami membuat sejumlah produk olahan dari buah naga yang banyak dihasilkan petani di pesanggaran ini, jadi petani tidak hanya menjual buahnya tapi olahan lain yang juga punya nilai jual tinggi meskipun saat harganya [buahnya] turun drastis," ujar Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit (Kormanit) KKN Pesanggaran, Banyuwangi, Dinda Lutfia Nabilla di Pesanggaran, Banyuwangi, Jatim, Jumat (28/07/2023).

Sejumlah olahan buah naga dibuat mahasiswa sejak satu bulan terakhir. Diantaranya bakpia kukus berbahan dasar buah naga yang dinamai Nagapia Bites.

Baca Juga: Pakar UGM Soroti Kawasan Cangkringan Jadi Tempat Pembuangan Sampah Sementara, Dikhawatirkan Cemari Kualitas Air

Satu butir buah naga bisa dijadikan sekitar 20 isian bakpia melalui proses pembuatan selai. Penganan asal Yogyakarta itu bisa dijual dengan harga lebih dari Rp 15.000 berisi 10 butir bakpia buah naga.

"Kami sengaja memilih bakpia karena ugm berasal dari jogja yang terkenal dengan oleh-oleh bakpianya. Kami mengembangkan varian baru bakpia yang bisa jadi oleh-oleh khas dari banyuwangi. Ide kami disambut baik para petani yang kemudian mengikuti pelatihan pembuatan bakpia buah naga," jelasnya.

Tak main-main, mahasiswa dari Teknik Industri dilibatkan untuk membuat kemasan produk bakpia agar lebih tahan lama dan awet. Produk tersebut kemudian dijual ibu-ibu pelaku UMKM di Pesanggaran pada wisatawan yang datang ke sentra UMKM mereka.

Mahasiswa KKN juga melaksanakan program pembuatan desain branding produk untuk produk olahan bakpia. Beberapa produk olahan pasca panen ini akan dikemas dan di-branding sebagai paket oleh-oleh khas wisata Desa Pesanggaran.

"Kami bekerjasama dengan umkm center yang ada di desa pesanggaran," jelasnya.

Tak hanya bakpia, limbah kulit buah naga pun mereka olah menjadi sabun mandi organik. Sedangkan buah naga yang busuk mereka oleh menjadi Pupuk Organik Cair (POC) pengganti pupuk kimia.

"Jadi tidak ada yang terbuang dari buah naga dari petani karena semua bisa diolah," jelasnya.

Sementara petani buah naga sekaligus pemilik Agro Petik, Hendro Prasetyo mengaku diversifikasi olahan pangan buah naga dari mahasiswa KKN PPM UGM benar-benar membantu petani di kecamatan tersebut. Apalagi saat ini lebih dari 50 persen petani di dua desa itu mengembangkan budidaya buah naga.

"Sebelumnya belum banyak olahan buah naga dari petani padahal tiap panen ada lebih dari 10 ton buah naga yang harganya sangat murah. [Varian] produk ini bisa dikembangkan pokdarwis untuk menambah nilai jual buah naga," ungkapnya.

Rektor UGM, Ova Emilia mengungkapkan program kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN UGM ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam hal ini, peran mahasiswa untuk SDGs  sangat signifikan dalam pengentasan kemiskinan atau no poverty melalui pembinaan dan pendampingan pelaku UMKM.

"Selanjutnya  program pengembangan pariwisata berbasis alam juga bentuk kontribusi pencapaian SDGs dalam penjagaan ekosistem serta bisa membuka peluang lapangan kerja baru," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More