SuaraJogja.id - Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menyoroti etika berpolitik para capres hingga caleg jelang Pemilu 2024 mendatang. Menurutnya peran serta keterlibatan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan pesta demokrasi yang baik.
Penyelenggaraan pemilu tahun-tahun sebelumnya harus menjadi pelajaran. Sehingga tidak lagi berkutat pada persoalan yang sama terus menerus.
"Salah satu critical issue yang harus kita bicarakan, yang harus banyak diatur itu adalah para caleg dan tim suksesnya bukan masyarakatnya," kata Arie, Rabu (2/8/2023).
"Karena kecenderungan mereka pembelahan sosial dan kontroversi yang ada itu sebagian besar diproduksi atau reproduksi oleh para politisi dan calegnya," sambungnya.
Baca Juga: Jokowi 'Kingmaker' Di Balik Moncernya Elektabilitas Prabowo, Ganjar-Anies Lewat!
Oleh sebab itu, etika berpolitik yang dimaksud itu lebih dari sekadar kontrol atau pengawasan dari Bawaslu saja. Melainkan juga harus ada kontrol publik dalam pemilu nanti.
"Tantangan ke depan itu harus bagaimana masyarakat atau publik memilih merasa memiliki pemilu. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di pemilu itu, bawaslu gak mungkin tahu secara persis," tuturnya.
Maka, pria yang juga menjabat Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM itu menyarankan agar masyarakat dapat diajak untuk mengawasi pesta demokrasi ke depan.
"Bagaimana mereka mau mengawasi kalau mereka merasa tidak memiliki pemilu? Caranya ya tugas partai melalukan pendidikan politik," ucapnya.
Ia mengatakan parpol bisa merangkul komponen masyarakat sipil, dunia kampus, kelompok jurnalis, ormas dan kelompok-kelompok kepentingan untuk mengajak masyarakat mengingatkan bahwa pemilu bukan sekadar pesta para caleg dan timses. Tetapi pesta demokrasi untuk seluruh rakyat yang ada di dalamnya.
Baca Juga: Jika Gugatan Batas Usia Dikabulkan MK, PKS Wanti-wanti Jokowi Soal Kans Gibran Maju Pilpres 2024
"Tidak akan mungkin Bawaslu akan bisa menyelesaikan masalah ini. Kata kuncinya adalah bagaimana mengubah rakyat yang hanya jadi obyek berubah jadi subyek. Bagaimana mereka merasa kalau pilihan saya kalau dimanipulasi ditingkat TPS maupun yang lain itu bisa protes dengan sendirinya," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Anies Baswedan Jauh-Jauh dari Jakarta demi Jadi Pembicara Tarawih UGM, Yang Dicari Malah Jokowi
-
Gerindra Beberkan Alasan Calonkan Prabowo untuk Pilpres 2029: Demi Kepastian Politik
-
Agnez Mo Akui Tolak Buat Video Dukung Ahmad Dhani Saat Nyaleg, Netizen: Ternyata Gegara Ini..
-
Partai Buruh Respons Positif Koalisi Permanen, Tapi....
-
Anies dan Alumni UGM Kompak Hadiri Pengukuhan Wamenkeu Jadi Guru Besar, Keberadaan Jokowi Dicari-cari
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Upaya Tekan Kasus Kemiskinan, Kulon Progo Luncurkan BPNT APBD 2025
-
Prabowo Bentuk Danantara, Tokoh Kritik Jokowi Jadi Dewas: 'Tuntut Diadili, Kok Jadi Pengawas?'
-
Cegah Antraks Masuk Bantul, Pasar Hewan dan Kandang Ternak Diawasi Ketat
-
Sita Kursi dan Meja, Satpol PP Tertibkan PKL Bandel di Kotabaru Yogyakarta
-
Tak Perlu Panik Buying jelang Ramadan, Harga Pangan di Kulon Progo Terkendali