Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 07 September 2023 | 10:45 WIB
Artefak fragmen gerabah yang diduga berasal dari jaman Kerajaan Majapahit ditemukan di Situs Pleret. (SuaraJogja.id/HO-Disbud DIY)

SuaraJogja.id - Tim Ekskavasi Situs Keputren Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto-Pleret menemukan artefak fragmen gerabah di Situs Pleret. Artefak tersebut diduga merupakan wadah air terbuka dengan motif hias yang berasal dari jaman Kerajaan Majapahit.

Koordinator Substansi Hubungan Masyarakat, Biro Umum, Hubungan Masyarakat dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji saat dikonfirmasi, membenarkan penemuan tersebut. Artefak tersebut ditemukan di lahan pribadi milik warga.

"Iya ditemukan artefak di tanah warga yang diduga dari era majapahit," ujarnya dikutip Kamis (7/9/2023).

Artefak yang digali tim ekskavasi Situs Keputren sejak 10 Agustus 2023 itu ditemukan di saluran air kuno yang diduga berasal dari abad 17 atau era Kerajaan Mataram Islam. Artefak ditemukan pada salah satu kotak area ekskavasi dalam kondisi tidak utuh berbentuk kepingan.

Baca Juga: Ekskavasi Situs Keraton Pleret, Tenaga Ahli Temukan Saluran Air Kuno

"Menurut tim ekskavasi, fragmen gerabah wadah air tanpa tutup tersebut diperkirakan berasal dari abad 13," jelasnya.

Sebelumnya peneliti Pusat Riset Arkeologi, Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hery Priswanto mengungkapkan, meski telah hancur, karakter motif hias dari artefak tersebut nampak jelas. Bahkan artefak tersebut menonjol ukirannya.

"Wadah air terbuka kuno ini sendiri diperkirakan memiliki diameter sekitar 50 cm yang biasa digunakan kalangan bangsawan kala itu," jelasnya.

Hery menyebutkan, dia pernah menemukan artefak fragmen dengan model ukiran yang tempel dan dikasih hiasan yang serupa saat melakukan penelitian di area Jawa Timur. Hal itu menandakan benda tersebut sudah ada dan dimanfaatkan oleh orang yang tidak sembarangan di Situs Keputren tersebut.

Sebab artefak wadah air yang dimiliki masyarakat pada umumnya biasanya polos alias tidak mempunyai ukiran. Karenanya temuan artefak fragmen kuno yang monumental dan signifikan ini selanjutnya di data dan diserahkan ke Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY untuk dilakukan kegiatan pelestarian dan pengamanan serta disimpan di Museum Pleret.

Baca Juga: Kawasan Situs Watesumpak Dulunya Diduga Pemukiman Kaum Bangsawan Zaman Kerajaan Majapahit

"Ukiran pada artefak fragmen yang ditemukan di situs keputren pleret ini sama dengan ukiran dengan era majapahit kuno," jelasnya.

Hery menambahkan, area lahan yang digunakan sebagai lokasi ekskavasi milik warga bernama Parjinem. Hingga saat ini lahan tersebut juga belum dibebaskan Disbud DIY.

Hal itu membuat tim Ekskavasi Situs Keputren hanya diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. Setelah selesai, mereka kemudian menutup atau menimbun tanah kembali.

Penutupan dilakukan untuk menjaga keamanan dan pelestarian situs tersebut. Karenanya tim berharap lahan situs tersebut bisa dibebaskan atau dibeli Disbud DIY.

Dengan demikian situs tersebut bisa diberikan peneduh dan pagar batas pengaman sebagai perlindungan. Tim peneliti saat ini hanya membuat penanda apabila situs ini akan dibuka kembali nantinya.

Bila lahan tersebut dibebaskan maka bisa menambah satu klaster lagi yang ada di KCB Kerto-Pleret seperti klaster Masjid Kauman, Klaster Kerto, Klaster Kedaton dan kemungkinan bisa menambah Klaster Keputren.

"Di Pleret ini juga dijumpai cepuri beteng dalam dan ternyata keberadaan situs keputren ini berada di sisi utara dari cepuri," ujarnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More