Scroll untuk membaca artikel
Rezza Dwi Rachmanta
Jum'at, 06 Oktober 2023 | 16:00 WIB
Mengapa Cuaca Jogja Panas Menyengat Akhir-akhir Ini? Ilustrasi: Cuaca Panas. (Pixabay Engin Akyurt)

SuaraJogja.id - Pembahasan mengenai cuaca Jogja panas menjadi perbincangan netizen di media sosial. Terdapat beberapa penjelasan ilmiah mengenai mengapa terjadi cuaca panas terik dalam beberapa hari terakhir.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa terdapat kenaikan suhu di beberapa wilayah Indonesia. Tak hanya Yogyakarta, suhu maksimum yang tercatat pada sejumlah wilayah di Indonesia mencapai antara 35 - 38.0 derajat Celcius saat siang hari.

Cuaca panas membuat banyak netizen curhat di media sosial. "Nggak perlu pemanas air juga air udah anget, avaible gratis di rumah. Jogja panas banget anj*r," kata netizen.

"Buset, Jogja 34 aja udah panas mampus (emoticon menangis)," ungkap @se**ab*ee. "Jogja panas banget, makasih sauna gratisnya," cuit netizen lain.

Baca Juga: Cuaca Panas di Indonesia Sampai Kapan? Simak Penjelasan dari BMKG

Penjelasan Mengapa Cuaca Jogja Panas

Suhu maksimum harian berbagai wilayah di Indonesia periode 28 hingga 29 September. (BMKG)

Pada akhir September lalu, BMKG sudah memprediksi bahwa sejumlah wilayah Indonesia akan mengalami fenomena panas terik dalam periode Oktober, tak terkecuali Yogyakarta.

Suhu maksimum tertinggi mencapai hampir 38 derajat Celcius yang terukur di Kantor Stasiun Klimatologi Semarang, Jawa Tengah pada periode 22 - 29 September 2023. Pantauan dari aplikasi AccuWeather, suhu di wilayah Condong Catur, Sleman Yogyakarta, tercatat mencapai 34 hingga 35 derajat Celcius pada Jumat (06/10/2023) siang.

RealFeel mencapai 37 derajat Celcius. Netizen di wilayah Sleman, Yogya, dan Bantul kompak mengeluhkan suhu panas melalui Twitter.

Menurut BMKG, tutupan awan dan dinamika atmosfer membuat sejumlah wilayah mengalami panas terik. Saat ini, kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari.

Baca Juga: Dear Warga Bekasi! Cuaca Panas Diprediksi Akan Berlangsung Sampai Oktober, Faktor Ini Penyebabnya

Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik.

Sedikitnya tutupan awan membuat cuaca panas semakin menyengat saat siang hari. Posisi semu matahari juga turut andil dalam membuat kondisi panas makin terik.

Seperti diketahui, bahwa saat ini sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau dan sebagian lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November ini, sehingga kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari.

Di akhir September, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator, yang berarti bahwa sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya.

Dikutip dari laman resmi BMKG, pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari. Namun demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi. Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia.

"Kondisi fenomena panas terik ini diprediksikan masih dapat berlangsung dalam periode Oktober, mengingat kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari, sehingga BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya," bunyi keterangan resmi dari BMKG.

Load More