SuaraJogja.id - Sejak sepekan lalu kawasan di Jalan Pasar Kembang diberlakukan contraflow khusus Trans Jogja. Lalu bagaimana tanggapn warga sekitar tentang pemberlakuan tersebut.
Elias (31) warga yang tinggal di kawasan Jalan Pasar Kembang ini mengaku agak keberatan dengan pemberlakukan contraflow khusus Trans Jogja di Jalan Pasar Kembang.
Menurutnya pemberlakuan itu berimbas pada sepinya pelanggan bagi para tukang becak yang mangkal di kawasan itu.
"Baru seminggu juga trans jogja ini boleh lawan arah. Menurut saya ga efisien sih. Becak malah jadi terbengkalai, karena orang-orang malah jadi lebih memilih naik trans jogja. Secara ga langsung kehidupan rakyat kecil di sini justru diambil alih sama trans jogja. Perubahan jaman-nya ga salah, tapi tolong jangan rugikan rakyat kecil seperti kami," katanya kepada Suarajogja.id.
Elias juga mengatakan bahwa selain bus Trans Jogja, ternyata beberapa kendaraan lain terkadang masih melanggar aturan satu arah di jalan Pasar Kembang ini.
Kendaraan yang paling sering melanggar adalah motor, khususnya motor-motor ojek online yang malas untuk putar balik secara teratur.
Tak hanya itu, Elias menambahkan bahwa sekitar semingguan yang lalu terjadi kecelakaan kecil di jalan Pasar Kembang ini akibat masih adanya orang-orang yang tidak tertib berlalu lintas dengan melawan arah.
"Dengan diperbolehkannya trans jogja lawan arah, rakyat kecil seperti kami ini jadi terbengkalai. Baru seminggu terakhir juga ada kecelakaan kecil di sini. Sering sih, ya karena masih adanya orang-orang yang ga taat aturan. Yang paling sering lawan arah itu ojek online sih," ujar Elias.
Sama halnya dengan Elias, Muji (55) juga mengatakan bahwa banyak warga asli di Jalan Pasar Kembang ini yang tidak setuju dengan diberlakukannya aturan Trans Jogja bisa melawan arah di Pasar Kembang.
Baca Juga: Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie: Kita Ini Urus Kode Etik Hakim, Kok Disuruh Nilai Putusan MK, Gimana?
Menurutnya, kebijakan tersebut dirasa kurang pas. Karena aturan sebelumnya itu hanya satu arah di Jalan Pasar Kembang.
Namun tiba-tiba khusus Bus Trans Jogja bisa melawan arah. Selain tidak kondusif dan kurang pas, tentunya usaha-usaha rakyat kecil seperti tukang becak yang ada di Pasar Kembang itu jadi semakin sulit mendapatkan pelanggan.
"Banyak sih warga yang ga setuju dengan kebijakan itu. Karena memang kurang pas juga sama kebijakan awalnya yang hanya boleh satu arah. Tapi kok akhirnya malah dilawan juga. Yang pasti tukang becak jadi terganggu sih dengan kebijakan itu, karena kan jadi semakin sepi.", jelas Muji.
Sebelumnya Dishub DIY memberlakukan contraflow khusus Trans Jogja di kawasan Jalan Pasar Kembang sejauh 500 meter.
Pemberlakuan tersebut dilaksanakan selama tiga bulan.
Untuk titik-titik drop off penumpang yang akan naik dari Stasiun Tugu Yogyakarta, termasuk penumpang Kereta Api (KA), Dishub masih menyebar di dua titik. Yaitu di depan pintu utama Stasiun Tugu Yogyakarta dan utara pertigaan Jlagran Lor.
Kedepan drop off rencananya akan dijadikan satu titik saja. Kebijakan ini diberlkukan untuk mengurangi tundaan lalu lintas.
Sebab bila dijadikan satu di Jlagran Lor akan menghambat akses masuk Trans Jogja di titik awal contraflow. Namun bila diletakkan di depan pintu utama Stasiun Yogyakarta maka akan menghambat arus lalu lintas pada ruas Jalan Pasar Kembang.
"Perlu dibuat drop off box kotak (marka khusus drop off-red) dengan posisi lokasi memanjang di barat Jlagran Lor sisi utara, dengan aturan waktu maksimal tertentu utk menurunkan penumpang," imbuhnya.
Kontributor: Fristian Setiawan
Berita Terkait
-
Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie: Kita Ini Urus Kode Etik Hakim, Kok Disuruh Nilai Putusan MK, Gimana?
-
Kasus Pelanggaran Etik Hakim MK Diputuskan Sore Ini, Prabowo soal Nasib Anwar Usman CS: Tanya ke Sana, Jangan Saya!
-
Sirkuit Interlagos Punya Trek Nuansa Magis, FIA Sebut Terjadi Pelanggaran Keamanan di Seri F1 GP Brasil 2023
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Kiper Timnas Indonesia Emil Audero Puncaki Save Terbanyak Serie A
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
Terkini
-
Prakiraan Cuaca 16 September 2025, Jogja Diguyur Hujan, Kulon Progo Diprediksi Mendung Berawan
-
Bantul Beri Modal Usaha: 262 Keluarga Siap Jadi Pengusaha Baru
-
Viral! Spanduk Protes Warnai Jalan Gedongan-Tempel: Pengendara Terancam, Kapan Diperbaiki?
-
Baru 5 Titik Resapan Air Tersedia, DIY Rentan Banjir, Ini Kata DLHK
-
Kerusakan Imbas Aksi Berujung Ricuh Capai Rp28 Miliar, Polda DIY Kebut Perbaikan