SuaraJogja.id - Alunan lagu dan musik menggema di tengah riuh kendaraan bermotor yang lalu lalang di perempatan Condongcatur.
Adalah Andre (40) yang siang itu bernyanyi menghibur sejumlah pengendara yang berhenti menunggu lampu APILL berganti dari merah ke hijau.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara ini mulai terjun ke jalan sebagai musisi jalanan sejak pandemi covid-19 empat tahun silam.
Sebelumnya, ia sering bermusik di sejumlah kafe. Namun sejak kafe di jogja semakin banyak, Andre mengaku semakin jarang menerima panggilan dari kafe tersebut.
"Awal mulanya itu dari ketika covid-19. Dulu sebagian ngisi di kafe. Sekarang cafe jadi tambah banyak kan, makanya makin kesini panggilan itu makin susah," kisahnya saat ditemui Suarajogja belum lama ini.
Andre mengaku banyak suka duka yang dirasakan selama menjalani sebagai musisi jalanan. Tapi lebih dari itu, Andre mengaku lebih banyak suka yang dirasakan ketimbang duka.
Salah satunya melalui jalanan ia bisa memperkenalkan warna musiknya secara bebas kepada masyarakat.
Selain itu, melalui jalanan juga ia bisa menyambung hidup untuk makan sehari-hari.
Meski demikian, Andre juga mengaku beberapa hal yang menjadi duka sebagai musisi jalanan adalah, ketika tiba-tiba hujan. Mau tidak mau harus menepi.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Yogyakarta, Lewat Wisata Edukasi di Diorama Arsip Jogja
Selain hujan, Andre juga menambahkan kadang ia merasa khawatir ketika ada operasi satpol PP.
Untungnya, satpol PP di wilayahnya masih tergolong humanis, bukan satpol PP yang keras.
Humanis di sini dicontohkan melalui himbauan untuk mencari kafe daripada bermusik di jalan, tidak secara kasar membubarkan aktivitas bermusik di jalan, dan lain sebagainya.
"Ya sukanya jadi musisi jalanan ini kami bisa memperkenalkan warna musik kami ke masyarakat ya. Karena bayangin saja dalam sehari berapa ribu motor yang lewat dan mendengarkan suara kita. Terus kedua ya kami bisa dapat uang makan lah dari sini. Kalau dukanya, ya gini. Tiba-tiba mau hujan, atau ketika ada operasi satpol pp. Untungnya kalau di sini satpol pp nya masih humanis, bukan yang keras. Jadi paling cuma himbauan-himbauan saja untuk berusaha nyari cafe daripada ngamen di jalan," ungkapnya.
Soal pendapatan, Andre mengaku selama ini selalu mencukupkan berapapun penghasilan yang ia dapatkan. Yang penting sehari bisa makan, tutur Andre.
"Kalau per hari relatif sih, tapi ya ga nyampe 100 ribu lah. Yang penting dicukup-cukupi saja. Cukup buat makan dan hidup," jelas Andre.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
Banding Kasus TKD Maguwoharjo: Jogoboyo Edi Suharjono Lawan Vonis Berat
-
Duh! Tantang Pelajar dan Serang dengan Gesper, Tiga Remaja di Yogyakarta Ditangkap Warga
-
Warga Jogja Merapat! Saldo DANA Kaget Rp299 Ribu Siap Bikin Hidup Makin Santuy, Sikat 4 Link Ini!
-
Rusa Timor yang Berkeliaran di Jalanan Sleman Akhirnya Tertangkap, Begini Kondisinya
-
ARTJOG 2026 Siap Guncang Yogyakarta, Usung Tema 'Generatio' untuk Seniman Muda