SuaraJogja.id - Nyamuk Wolbachia tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial belakangan ini. Nyamuk tersebut disebut-sebut bisa mengatasi masalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Namun, penyebaran nyamuk Wolbachia ini ternyata menimbulkan pro dan kontra. Bagaimana dengan Kabupaten Sleman yang juga telah menerapkan program itu sejak beberapa tahun terakhir?.
"Iya [Sleman jadi salah satu daerah untuk nyamuk Wolbachia]. Udah lama dulu kita pakai," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, ditemui Senin (20/11/2023).
Diungkapkan Cahya bahwa program nyamuk Wolbachia selama ini masih cukup efektif. Hal itu dilihat dari angka kasus demam berdarah yang mengalami penurunan.
Walaupun memang tak dipungkiri bahwa nyamuk Wolbachia ini kembali menjadi pro kontra. Namun, kata Cahya, di Sleman sendiri pemanfaatannya sudah bisa dirasakan.
"Efektif. Kita menurunkan kasus demam berdarah di Sleman ini cukup bagus. Sebelum kita intervensi dengan Wolbachia kita kemarin kan naik ya, meskipun pro kontra di pusat masih sering terjadi. Tapi secara manfaat ke masyarakat ini jadi banyak yang terhindar dari demam berdarah ini," ungkapnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Bumi Sembada mulai menerapkan program nyamuk Wolbachia ini pada medio awal tahun 2021 silam. Program tersebut bertajuk "Si Wolly Nyaman" hasil kolaborasi Pemkab Sleman dengan World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada (UGM), serta didukung oleh Yayasan Tahija.
"Turunnya [kasus demam berdarah] semenjak menerapkan Wolbachia itu cukup banyak. Penurunannya ya banyak wong dari kasus biasanya sekitar 600-500an sekarang hanya 200 bahkan tahun ini bisa turun lagi," terangnya.
Terkait dengan penolakan di beberapa daerah dalam pemanfaatan nyamuk Wolbachia itu, kata Cahya, Kabupaten Sleman sendiri dulu pun juga pernah menolak menggunakan program itu. Namun setelah akhirnya diterapkan manfaat nyamuk Wolbachia pun dapat dirasakan.
Baca Juga: Diduga Lalai Nyalakan Obat Nyamuk, Gudang Kayu di Kota Jogja Terbakar
"Ya itu persis di awal dulu Sleman juga menolak, dengan ada DNA-nya, ada macam-macam seperti yang mungkin medsos sekarang ini, tapi ini sebenarnya sudah bisa kita tanggapi," ucapnya.
"Intinya dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan ternyata tidak seperti itu. Ini bisa kita kendalikan dari nyamuknya ini. Kalau penelitian mereka kan berlangsung terus. Dan Wolbachia ini kan sifatnya begitu sudah dilepas liarkan sudah sekali itu aja, kita tinggal memantau populasi nyamuk Wolbachia naik atau turun," sambungnya.
Seputar Nyamuk Wolbachia
Melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Wolbachia merupakan jenis bakteri yang bisa tumbuh dan hidup alami di dalam tubuh serangga seperti nyamuk. Bakteri tersebut dianggap bisa melumpuhkan virus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti sehingga tidak akan menularkan penyakit DBD pada manusia.
Jika ada nyamuk Aedes Aegypti jantan yang mengandung bakteri Wolbachia kawin dengan Aedes Aegypti betina, maka virus dengue yang ada di nyamuk betina akan diblok. Begitu berlaku sebaliknya, apabila ada aedes aegypti betina yang mengandung Wolbachia kawin dengan pejantan tanpa Wolbachia, maka nyamuk betina tersebut tetap akan menghasilkan telur-telur nyamuk Wolbachia.
Oleh karenanya, pemerintah berharap nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia ini bisa mengurangi atau bahkan membasmi populasi nyamuk penyebab DBD di Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa Mendapatkan Pendampingan dari BRI untuk Pembekalan Bisnis dan Siap Ekspor
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi