Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 16 Desember 2023 | 18:15 WIB
Massa Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) kembali melakukan aksi di simpang tiga Jalan Gejayan, Sleman, DIY, Sabtu (16/12/2023). [Hiskia Andika Weadcaksana/Suarajogja.id]

SuaraJogja.id - Massa Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) kembali melakukan aksi menyerukan ketidakpuasan dengan kinerja pemerintahan Indonesia selama ini. Aksi tersebut dilakukan dengan long march dari Bundaran UGM hingga berakhir di simpang tiga Jalan Gejayan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Sabtu (16/12/2023).

Massa aksi sudah mulai berkumpul sejak pukul 13.30 WIB di Bundaran UGM. Lalu bergerak dan tiba di simpang tiga Jalan Gejayan pada 14.30 WIB.

Sejumlah banner dan poster bertuliskan tuntutan kepada pemerintahan saat ini turut menjadi atribut. Massa pun memasang sejumlah banner berukuran besar untuk menutupi reklame iklan yang terpasang di persimpangan tersebut.

"Kami mengeluarkan hashtag baru #GejayanKembaliMemanggil atas kondisi keprihatinan kami terhadap kondisi situasi ekonomi politik, terutama kita tahu bahwa di kondisi ketenagakerjaan nasib kaum buruh dengan adanya upah murah itu kemudian menyengsarakan kelas pekerja di Indonesia. Apalagi kenaikan upah tidak sampai 10 persen. Kami menolak diterapkkannya upah murah di Indonesia," kata Restu Baskara selaku Humas Aliansi Rakyat Bergerak (ARB), ditemui di lokasi, Sabtu siang.

Baca Juga: Sri Sultan HB X Pastikan Upah Minimum Provinsi DIY Naik, Berapa Besarannya?

Dalam aksi ini, massa menuntut kepada negara untuk menyejahterakan kaum buruh, kelas pekerja di Indonesia. Pasalnya sampai sekarang masih terlunta-lunta atas kondisi ekonomi yang ada.

Selain itu, isu pendidikan turut disoroti oleh massa aksi. Negara dituntut untuk hadir dalam mewujudkan pendidikan gratis bagi semua rakyat Indonesia.

"Karena pendidikan gratis adalah tanggungjawab negara yang sudah sesuai dengan konstitusi. Ini adalah tugas dari negara untuk mencerdaskan untuk seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mewujudkan pendidikan gratis," ucapnya.

Tidak luput, massa aksi turut menyinggung terkait demokrasi Indonesia. Menurutnya sistem demokrasi Indonesia telah dirusak oleh rezim pemerintahan kali ini.

"Kami juga menyoroti soal demokrasi di Indonesia yang dipertontonkan oleh elit-elit politik, oleh pejabat publik kita adalah dagelan yang konyol sekali, yang itu membodohkan masyarakat rakyat Indonesia, rakyat Indonesia sudah muak dengan politik hari ini, rakyat Indonesia sudah muak dengan tindakan elit-elit politik yang korupsi yang kemudian menerapkan kolusi nepotisme," ungkapnya.

Baca Juga: Masyarakat Jogja Demo Tolak Kenaikan Harga BBM Siang Ini, Gejayan Memanggil: Semua Berhak Marah!

"Kami tahu bahwa di MK itu adalah produk reformasi tapi elit politik sekarang justru mengkhianati amanat dari reformasi yang sudah diperjuangkan dari '98 sampai sekarang. Artinya ini adalah tugas kita bagiamana mengubah keadaan itu, mengkritik rezim hari ini, yang neolik, kapitalistik, korup, yang menindas rakyat," imbuhnya.

Dia menyatakan massa aksi akan tetap turun ke jalan apabila masih ada kesewenang-wenangan dan penindasan yang terjadi. Pihaknya sudah muak dengan segala macam kebodohan politik saat ini.

"Kami sudah muak dengan semua paslon, semua partai politik yang kemudian pro terhadap pemodal," ucapnya.

Pasalnya, kata dia, partai politik saat ini tak ada yang membicarakan tentang nasib buruh. Bagaimana kemudian upah layak nasional itu nantinya akan diberlakukan.

"Tidak ada partai politik yang membicarakan tentang mewujudkan pendidikan gratis, tidak ada yang membicarakan tentang nasib petani itu disejahterakan, nasib nelayan, bagaimana melawan kapitalisme, tidak ada sama sekali dan ini sangat disayangkan," tegasnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, hingga pukul 16.08 WIB massa aksi masih bertahan di simpang tiga Jalan Gejayan. Sejumlah orang bergantian berorasi menyampaikan pendapatnya kepada pemerintah.

Load More