Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 21 Januari 2024 | 18:42 WIB
Asap berwarna putih membumbung dari puncak Gunung Merapi yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, Selasa (26/12/2023). (ANTARA/HO-PVMBG)

SuaraJogja.id - Gunung Merapi kembali meluncurkan rentetan awan panas guguran pada Minggu (21/1/2024). Sejumlah daerah dilaporkan terdampak hujan abu.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat total kejadian awan panas guguran itu sudah terjadi sebanyak empat kali pada hari ini. Luncuruan awan panas guguran pertama terjadi pada pukul 08:25 WIB.

Saat itu amplitudo maksimal 62 mm dengan durasi 191.28 detik serta jarak luncur maksimal 2000 meter ke Barat Daya (Kali Bebeng). Kemudian kembali terjadi pada pukul 13:55 WIB dengan amplitudo maksimal 42 mm durasi 214.40 detik serta jarak luncur maksimal 2000 meter ke Barat Daya (Kali Bebeng).

Tak lama awan panas kembali meluncur pada pukul 14:12 WIB dengan amplitudo maksimal 70 mm durasi 239.64 detik serta jarak luncur maksimal 2400 meter ke Barat Daya.

Baca Juga: Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Menurun, Sepekan Luncurkan 147 Kali Guguran Lava

Lalu terbaru pukul 17:19 WIB, dengan amplitudo maksimal 70 mm. Dengan durasi 150 detik, jarak luncur maksimal 1500 meter ke Barat Daya.

"Hujan abu itu Boyolali, Klaten mungkin jaraknya sampai radius 30-an kilometer ada kali ya," kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, saat dihubungi Minggu sore.

Disampaikan Budi, hujan abu itu diakibatkan oleh pengaruh angin yang berhembus cukup kencang di area Gunung Merapi. Terlebih saat terjadi awan panas guguran beberapa kali tadi.

"Iya itu karena lebih pengaruh angin ya. Anginnya memang sedang kencang saat itu dan arahnya ke timur," imbuhnya.

Budi mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir berlebih dengan aktivitas Gunung Merapi tersebut. Menurutnya hal itu memang masih wajar terjadi.

Baca Juga: Gunung Merapi Luncurkan Rentetan Awan Panas, Jarak Maksimal Capai 3,5 Kilometer

"Memang kebetulan suplai magma kan menerus ya di Gunung Merapi ini. Jadi data kegempaan maupun deformasi kemudian dengan adanya curah hujan yang tinggi itu juga memicu keluarnya suplai magma itu ke permukaan, kemudian membentuk awan panas yang terjadi seperti beberapa hari terakhir ini," tandasnya.

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.

Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.

Agus menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," pungkasnya.

Load More