SuaraJogja.id - Aksi ricuh di Jalan Pramuka yang melibatkan sejumlah siswa Muhammadiyah pada Senin (13/5/2024) mendapat perhatian dari Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. Sebanyak Tujuh pelajar bahkan diamankan pihak kepolisian terkait insiden tersebut karena melakukan tindakan provokatif dan membawa benda-benda berbahaya.
Ketua Umum (ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kota Yogyakarta harus mengurus persoalan tersebut secara serius dan mengevaluasi orientasi pendidikan.
"Nanti kita lihat kasusnya ke pimpinan daerah kota yogya yang membawahi majelis dikdasmen karena kami [pimpinan] pusat kan tidak bisa langsung turun tangan. Supaya ada tindakan-tindakan yang bersifat preventif maupun kuratif yang lebih tersistem lagi, lebih tegas lagi agar hal itu tidak terjadi," papar Haedar di RS AMC Yogyakarta, Selasa (14/5/2024).
Menurut Haedar, penanganan masalah tawuran pelajar perlu diselesaikan secara bersama-sama. Namun di tingkat internal Muhammadiyah akan menyiapkan dan langkah-langkah dan tindakan yang spesifik.
Haedar juga meminta seluruh pihak untuk mengambil langkah integratif untuk mencegah konflik antarpelajar yang seringkali terjadi di Yogyakarta.
Sebab penyebab konflik atau tawuran pelajar tidak melulu karena masalah dari lingkungan sekolah. Namun masalah itu juga terjadi akibat faktor eksternal seperti masuknya siswa ke geng dan adanya arena konflik di luar sekolah.
"Sudah sepantasnya jika perlu ada langkah integratif dari seluruh pihak," tandasnya.
Selain internal Muhammadiyah, Haedar juga meminta Dikdasmen Kota Yogyakarta meningkatkan jaringan pengawasan. Hal ini penting agar setiap sekolah dapat mencegah potensi konflik.
Pembinaan akhlak, karakter, dan aspek spiritual dalam kurikulum pendidikan juga sangat dibutuhkan. Apalagi selama ini orientasi pendidikan terlalu berfokus pada pengembangan kognisi, keterampilan, dan persaingan. Akibatnya aspek moral dan spiritual kurang terbina dengan baik.
Baca Juga: Tujuh Pelajar Diamankan Buntut Tawuran di Kota Jogja, Begini Kronologinya
Persoalan itu terjadi akibat mobilitas sosial yang tinggi di kalangan orang tua dan lembaga pendidikan. Pada akhirnya membuat mereka melupakan perhatian pada anak muda.
Berita Terkait
-
Taman Siswa: Mimpi dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
-
Salawat Sambil Joget Jadi Polemik, Ini Kata Muhammadiyah: Kekhusyukan atau Pelanggaran?
-
Sidang Hasto Ricuh, Kubu PDIP Usir Massa Beratribut 'Save KPK': Cara Mereka bisa Mengadu Domba!
-
Langkah Cepat Cek NISN untuk PIP: Panduan Anti Gagal Terbaru April 2025
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
AS Soroti Mangga Dua Jadi Lokasi Sarang Barang Bajakan, Mendag: Nanti Kita Cek!
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
Terkini
-
Batik Tulis Indonesia Menembus Pasar Dunia Berkat BRI
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan
-
Tingkatkan Kenyamanan Pengguna Asing, BRImo Kini Hadir dalam Dua Bahasa
-
Ribuan Personel Polresta Yogyakarta Diterjunkan Amankan Perayaan Paskah Selama 24 Jam
-
Kebijakan Pemerintah Disebut Belum Pro Rakyat, Ekonom Sebut Kelas Menengah Terancam Miskin