SuaraJogja.id - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman memastikan tetap melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam melakukan pengolahan sampah organik. Termasuk memberikan sejumlah bantuan sarana dan prasarana untuk memaksimalkan program tersebut.
"Pemerintah pun tidak hanya perintah, karena kami juga mendampingi, kegiatan ini (pengolahan sampah organik) sudah sekitar pertengahan tahun 2023 kita laksanakan dan itu dengan pendampingan, sosialiasasi," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Epiphana Kristiyani, Rabu (15/5/2024).
Diungkapkan Epi, sejumlah bantuan pun turut diberikan kepada masyarakat untuk pengolahan sampah secara mandiri. Mulai dari bantuan dua bor biopori tiap padukuhan hingga 50 pralon juga untuk biopori.
"Ini kami bantu satu padukuhan minimal du bor biopori dan 50 casing atau pralon," ucapnya.
Dalam kesempatan ini Epi mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih aktif dalam memilah sampah. Terkhusus sampah organik yang dihasilkan di rumah tangga masing-masing.
Pemerintah di satu sisi akan memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Guna mengelola sampah residu atau anorganik yang dihasilkan warga.
"Kami mengajak masyarakat, bukannya kami nggak mau, tapi kami mengajak masyarakat ayolah kita hadapi masalah bersama," ujarnya.
Apalagi, kata Epi, mengolah sampah organik itu bisa dilakukan dengan mudah. Bisa digunakan untuk pakan hewan ternak, ikan atau ditanam langsung di jugangan atau lubang.
"Bisa dibuat kompos, masyarakat sudah mengenal kok cara membuat kompos dengan komposter. Kemudian sekrang bisa dengan losida (lodong sisa dapur), bisa dengan ember tumpuk, bisa dibuat ecoenzym," terangnya.
Baca Juga: Bupati Ancam Pidanakan Pembuang Sampah Ilegal Ke Gunungkidul, Sanksi Penjara 6 bulan
Terkait dengan lahan yang terbatas misalnya di perumahan, Epi menuturkan itu bukan hal yang sulit juga. Lubang biopori bisa menjadi salah satu yang diupayakan oleh masyarakat.
"Lubang biopori ini kan kedalamannya cuma 1 meter, diameternya cuma 10 cm, cuma kecil. Satu lubang biopori itu dengan satu keluarga yang jumlahnya 5 orang, 2 bulan baru penuh," ungkapnya.
Kemudian untuk sampah anorganik sendiri, masyarakat juga bisa mengumpulkan di bank sampah. Bahkan hal itu bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah ketika dijual.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Yayasan Pengelola SPPG Jogotirto Berbah Buka Suara Soal Operasional Berhenti, Dana Belum Turun
-
SPPG di Sleman Terpaksa Dihentikan, Siswa Kembali Bawa Bekal? Ini Penjelasan Pemkab
-
Sultan HB X Cuek Mobilnya Disalip Pejabat saat di Lampu Merah: 'Wong Saya Bisa Nyupiri Sendiri Kok!'
-
Menara Kopi Mati Suri: PKL Eks TKP ABA Terancam Gulung Tikar, Pemerintah Diduga Cuek
-
Jogja Bergerak Lawan Kanker Payudara, 3.000 Perempuan Ikut Skrining, Wali Kota Beri Edukasi