SuaraJogja.id - Pemerintah Arab Saudi disebut berminat untuk menjadikan gudeg sebagai konsumsi bagi para jemaah haji. Makanan khas asal Yogyakarta dilirik sebagai jamuan para jamaah haji selama menunaikan ibadah di Tanah Suci.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti. Keinginan itu muncul usai perwakilan Pemerintah Arab Saudi ke Yogyakarta untuk melakukan misi dagang.
"Gudeg mereka tertarik, mereka bisa menerima gudeg. Bisa menjadikan salah satu makanan yang nanti untuk (makanan) haji, umroh," kata Syam, Sabtu (29/6/2024).
Bahkan tidak hanya gudeg saja yang diminati oleh Pemerintah Arab Saudi sebagai jamuan. Ketertarikan itu muncul pula untuk buah salak segar.
Namun untuk salak, Syam bilang potensi untuk ditindaklanjut pada saat ini masih sulit untuk dilakukan. Pasalnya belum ada teknologi pengawetan pangan yang sesuai guna memproses salak itu selama permintaan tiga bulan.
Terkait dengan gudeng, disampaikan Syam memang sudah ada kemasan kaleng. Sehingga hal itu memungkinkan untuk makanan bertahan lebih lama.
Kendati demikian ada beberapa persyaratan untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satunya terkait dengan sertifikasi yang wajib ditempuh bagi para pelaku usaha kuliner gudeg agar dapat memenuhi persyaratan ekspor.
"Jadi yang terkendala itu di sertifikasi dari Arabnya. Kan kalau kita mau ekspor tergantung dari yang dimaui negara tujuan, nah dari Arab itu ada beberapa sertifikasi yang harus diurus," ungkapnya.
Syam mengatakan untuk saat ini sudah ada beberapa produsen Gudeg yang telah mulai menjajaki sertifikasi dengan Pemerintah Arab Saudi secata mandiri. Kemitraan itu, nantinya sangat berpotensi meluas dengan asosiasi pengusaha gudeg.
Baca Juga: Artjog 2024 Dibuka, Ada Nicholas Saputra yang Mendongeng Serat Centhini Sebulan Penuh
"Nah ini baru proses, ada yang sudah clear, ada yang baru sertifikasi. Perlu waktu dan harapan kami bisa tembus, karena sertifikasi biayanya mahal juga," tuturnya.
Pihaknya tak memungkiri masih ada sejumlah persoalan yang harus dihadapi. Termasuk keterbatasan bahan baku yang dimiliki oleh para industri kecil menengah (IKM).
Belum lagi dengan biaya serta ketentuan dari negara tujuan ekspor yang kadang menjadi kendala. Termasuk nantinya ada pula faktor pertimbangan kuantitas serta kualitas.
"Ya ini baru berproses. Semoga goal juga, dan itu juga toh belum jadi makanan resmi haji atau umroh, dari Arab sendiri juga siap memasakkan di retail-retail mereka, ke hotel-hotel itu siap juga," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Rp4 Miliar untuk Jembatan Pucunggrowong: Kapan Warga Imogiri Bisa Bernapas Lega?
-
2000 Rumah Tak Layak Huni di Bantul Jadi Sorotan: Solusi Rp4 Miliar Disiapkan
-
Malioboro Bebas Macet? Pemkot Yogyakarta Siapkan Shuttle Bus dari Terminal Giwangan untuk Turis
-
Tunjangan DPRD DIY Bikin Melongo, Tunjangan Perumahan Lebih Mahal dari Motor Baru?
-
KPKKI Gugat UU Kesehatan ke MK: Komersialisasi Layanan Kesehatan Mengancam Hak Warga?