SuaraJogja.id - Akibat kemarau yang datang lebih cepat, para petani di Gunungkidul mulai alami gagal panen. Para petani memilih memangkas atau membabat tanaman padi yang belum berbuah. Pasalnya tanaman padi mereka mengering karena ketiadaan pasokan air.
Salah seorang petani asal Padukuhan Plumbungan Kalurahan Putat Kapanewon Patuk, Harmini mengaku kesulitan untuk mendapatkan air guna mengairi sawahnya. Saluran irigasi yang biasa dia gunakan untuk mengairi sawahnya telah mengering.
"Sawah saya jauh dari sungai atau sumber mata air. Jadi sudah tidak ada air,"ujar dia, Rabu (17/7/2024)
Karenanya, Harmini tepaksa memangkas tanaman padinya yang sudah berumur 40 harian. Hal ini terpaksa dilakukan meskipun harus merugi ratusan ribu rupiah untuk memulai masa tanam padinya. Padahal dia sudah merogoh kocek tidak sedikit untuk menanam padi.
Baca Juga: Darurat Kekeringan, Gunungkidul Salurkan 288 Tanki Air Bersih dan Siagakan Ratusan Personil
Biaya yang dia keluarkan di antaranya untuk mengolah tanah seperti membajak dan memberi pupuk. Kemudian membeli benih padi, memupuknya bahkan menyemprotnya karena ada sedikit hama di tanaman yang dia budidayakan.
" Ya rugi. Tapi yo piye meneh [bagaimana lagi?]," tambahnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Pangan Gunungkidul, Raharja Yuwono mengakui sebagian tanaman padi di Gunungkidul alami puso akibat ketiadaan pasokan air. Sehingga para petani harus memangkas tanaman mereka yang belum waktunya panen. Mereka memanfaatkan jeraminya untuk pakan ternak.
"Petani terpaksa membabat tanaman padi mereka karena sudah kering. Sebagian memilih untuk pakan ternak," tutur dia.
El Nino Dituding jadi Penyebab
Baca Juga: Kurangi Angka Bayi Bermasalah dengan Berat Badan, Gunungkidul Luncurkan Qurban For Stunting
Raharja menyebut pada tahun 2024 El Nino atau bencana kekeringan melanda secara global termasuk di Gunungkidul berakibat pada mundurnya musim tanam. Di mana sampai Januari 2024 akhir, baru terjadi curah hujan untuk permulaan musim tanam pertama di Gunungkidul.
Kendati demikian sampai dengan April 2024, dari musim tanam I kemarin, para petani telah berhasil panen padi 45.530 hektar dengan jumlah produksi mencapai 213.431 ton gabah kering giling (GKG). Serta luas panen jagung mencapai 42.453 hektar dengan produksi 244.745 ton pipil kering.
"Dengan produksi ini maka cadangan pangan masyarakat aman untuk konsumsi satu tahun ke depan dengan catatan hasil padi disimpan di rumah tangga petani sedang hasil jagung dijual," terang dia.
Namun, lanjutnya, pada musim kedua tanam di Gunungkidul ternyata dampak kekeringan masih terasa karena kemarau datang lebih cepat yaitu bulan Mei sudah tidak terjadi hujan, yang berakibat adanya kekeringan melanda pertanaman baik padi maupun jagung. Luas tanam existing pada musim tanam 2 di kisaran 7.600 hektar.
Dia mengungkapkan kekeringan memang terjadi secara sporadis di sejumlah wilayah di Gunungkidul baik di wilayah utara ataupun selatan Gunungkidul. Kekeringan terjadi paling banyak di Kapanewon Semin dan Ngawen yang berada di wilayah utara Gunungkidul.
"Kondisi demikian sangat berpengaruh pada kebutuhan air irigasi pertanian, dengan beberapa lokasi pertanaman masih tersedia sumber air dan ada sebagian pertanaman yang ada tidak ada sumber air," ujarnya.
Raharja menyebut, tanaman puso akibat kekeringan di Semin mencapai 242 hektar, di Ngawen 178 hektar sisanya secara sporadis tersebar di wilayah kapanewon lain. Dia memperkirakan tanaman padi yang alami puso akan meluas mengingat musim penghujan masih lama.
Bantuan Solar untuk Pompa Air
Sejumlah langkah dilakukan oleh Dinas Pertanian Pangan di Gunungkidul. Di antaranya adalah pemberian rekomendasi BBM solar bersubsidi untuk operasional pompa air tanah dalam. Harapannya biaya yang dikeluarkan petani bakal lebih murah dan terjangkau petani.
"Rekom diberikan ke poktan atau P3A pengelola pompa irigasi," tambahnya.
Pemerintah juga menyalurkan pemberian bantuan pompa air dari Kementan sampai dengan Juli 2024 disalurkan 54 unit pompa air 3 inch dan 4 inch serta 6 inch. Pembangunan irigasi perpompaan dan irigasi perpipaan 42 unit sebagai salah satu mitigasi agar ke depan dampak kekeringan dapat diminimalisasi.
"Sampai sekarang, data kami menyebutkan kekeringan saat ini mencapai total hampir 5 persen dari seluruh pertanaman padi yang ada," ungkapnya.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Turis Malaysia Selamatkan Pria Tenggelam di Air Terjun Sri Lanka, Videonya Viral!
-
Bentrok Hizbullah vs Tentara Lebanon di Bandara Beirut, Gas Air Mata Berhamburan!
-
Jangan Cekik Petani-petani Kita, Pesan Tegas Prabowo untuk Pengusaha
-
Air Terjun Kakek Bodo, Pesona Air Terjun dan Kolam Renang dalam Satu Lokasi
-
Berkat PNM, Anak Petani Bawang Bisa Berangkat ke Korea
Terpopuler
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Rusuh Lagi! Indonesia Siap-siap Sanksi FIFA, Piala Dunia 2026 Pupus?
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Lolly Kembali Main TikTok, Penampilannya Jadi Sorotan: Aura Kemiskinan Vadel Badjideh Terhempas
Pilihan
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
-
Sejarah dan Makna Tradisi Nyekar Makam Sebelum Puasa Ramadan
Terkini
-
Diduga Keletihan, Kakek Asal Playen Ditemukan Tewas Tertelungkup di Ladang
-
Berhasrat Amankan Tiga Poin, Ini Taktik Arema FC Jelang Hadapi PSS Sleman
-
Para Kepala Daerah Terpilih Jalani Cek Kesehatan Jelang Pelantikan, Kemendagri Ungkap Hasilnya
-
Gali Potensi Buah Lokal, Dinas Pertanian Kulon Progo Gelar Heboh Buah
-
Bawa Celurit di Jalanan, 3 Remaja di Bantul Diamankan Warga