SuaraJogja.id - Siapa tak kenal Anne Avantie. Desainer senior sekaligus pelopor kebaya kontemporer yang karyanya sudah diakui dunia dan dipakai selebriti serta ratu kecantikan dunia selama lebih dari 30 tahun.
Namun dibalik kesuksesannya di industri fesyen, Anne ternyata sempat jatuh bangun saat pandemi COVID-19 melanda dunia, termasuk Indonesia. Industri fesyen yang sempat kolaps akibat pandemi membuatnya jatuh bangun mempertahankan bisnisnya.
"Saat pandemi tiba, pekerjaan saya habis, mesin habis, toko tutup. Meski orang banyak tetap tahu nama saya, tapi saya uang saya habis," ungkap Anne saat berbagi pengalaman pada seminar bertajuk "Jatuh, Bangun dan Bangkit" dalam rangkaian Jogja Fashion Week (JFW) di Yogyakarta, Sabtu (24/8/2024).
Alih-alih menyalahkan keadaan, Anne mencoba introspeksi diri. Dia mencari akar masalah akan kegagalannya dalam bertahan di industri fesyen.
Mengaku suka memasak, Anne akhirnya banting setir ke industri kuliner. Ibu tiga anak ini pun memilih masakan Jawa di restoran tradisional yang dibangunnya di Semarang, Jawa Tengah.
Kesadarannya untuk terjun ke industri selain fesyen berbuah manis. Kini beragam menu kuliner banyak dikenal orang.
"Setiap masalah datang sepaket dengan jalan keluarnya. Karenanya saya cari akar masalah saya apa saat gagal, kemudian mencari alternatif solusinya," ungkapnya.
Pengalaman tersebut, lanjut Anne diharapkannya juga diterapkan pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Yogyakarta. Sebab banyak IKM yang keliru saat memulai usahanya.
Contohnya pelaku IKM kerap menjual produk dengan harga murah. Akibatnya mereka tidak bisa menyejahterakan pekerjanya karena keuntungan yang tipis.
Baca Juga: Desainer Australia Meriahkan Jogja Fashion Week 2024, Tampilkan Kreasi Batik Lokal
"Kalau mau lebih harus promosi yang bagus, pakai perbedaan sistem multimedia yang benar. Cari sesuatu yang beda," tandasnya.
Anne menambahkan, perkembangan sosial media (medsos) yang sangat pesat saat ini pun perlu dimanfaatkan. Meskipun produk yang dijual sama, bila dilakukan dengan strategi marketing yang berbeda pasti akan lebih optimal.
"Misalnya kios sama-sama di Pasar Beringharjo, masukin sosial media orang akan mencari. Produk bisa sama tapi dengan cara yang unik pasti akan berhasil. Yang penting adalah mental dan butuh keberanian melawan diri sendiri, kesalahan saya, saya beberkan supaya mereka paham dan ketika ada yang salah ada yang bisa dipelajari," ujar dia.
Sementara Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengungkapkan, pelaku IKM perlu melakukan introspeksi agar mereka bisa selalu mengevaluasi diri dan membangun mental mereka dalam berusaha.
"Motivasi IKM DIY diperlukan supaya ketika mereka jatuh harus bangun dan bangkit karena ada yang salah dan diperbaiki," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Empati Bencana Sumatera, Pemkab Sleman Imbau Warga Rayakan Tahun Baru Tanpa Kembang Api
-
Ini Tarif Parkir di Kota Jogja saat Libur Nataru, Simak Penjelasan Lengkapnya
-
Ironi Ketika Satu Indonesia ke Jogja, 150 Ton Sampah Warnai Libur Akhir Tahun
-
Bangkitnya Ponpes Darul Mukhlisin: Dari Terjangan Banjir hingga Harapan Baru Bersama Kementerian PU
-
BRI Komitmen Berdayakan Komunitas dan Raih Penghargaan Impactful Grassroots Economic Empowerment