SuaraJogja.id - Praktik Chiropractic atau pijat kretek-kretek tengah ramai. Tak hanya masyarakat awam, sejumlah selebritis pun baru gandrung pijat tersebut untuk mengatasi masalah pada tulang, otot maupun persendian.
Dokter spesialis Ortopedi dari Gatam Institute Orthopaedic and Spine Center, Luthfi Gatam disela ISASS 2024 yang dihelat di Yogyakarta, Jumat (30/8/2024) menghimbau agar masyarakat berhati-hati memilih pijat alternatif chiropractic tersebut. Sebab dimungkinkan banyak pijak kretek-kretek yang abal-abal, bahkan ilegal.
"Chiropractic atau tukang kretek itu [bisa saja] ilegal [bila tanpa keilmuan], tapi kalau pijat untuk kenikmatan ya nggak masalah, tapi bukan untuk pengobatan," ujarnya.
Berbeda dengan pijat alternatif yang lain, masalah pada tulang, otot ataupun persendian membutuhkan diagnosa dari dokter maupun fasilitas kesehatan lainnya. Bila asal saja dipijit kretek-kretek tanpa diagnosa yang tepat, maka dikhawatirkan bisa memperparah masalah kesehatan tersebut.
Apalagi saat ini kasus gangguan atau cedera pada tulang belakang dan otot di Indonesia cukup tinggi. Sebut saja kasus tulang yang bengkok mencapai 5,5 juta kasus ditemukan. Dari jumlah tersebut, sekitar 25 persennya butuh dioperasi.
Begitu pula kasus low back pain atau nyeri punggung yang juga cukup tinggi. Dari data Badan Kesehatan Dunia WHO, hampir 40 persen dari 2 Miliar penduduk dunia pernah mengalami nyeri punggung.
"Kalau sakit pinggang perlu diagnosisnya baru tahu pengobatannya seperti apa. Jangan melakukan diagnosis sendiri, harus diketahui dokter ortopedi untuk pengobatannya," ujarnya.
Luthfi menambahkan, sebenarnya Indonesia sudah mulai menggunakan teknologi robotic untuk membatu penanganan kasus tulang belakang. Jumlah dokter ahli ortopedi pun juga cukup banyak.
"SDM kita sebenarnya tidak kalah dari singapura dan negara lainnya. Ini yang perlu disampaikan ke masyarakat agar tidak asal periksa gangguan tulang belakang," ungkapnya.
Baca Juga: BI Perkirakan Inflasi Oktober Capai 0,05 Persen
Sementara President PCI-IOSS, I Gusti Lanang mengungkapkan hingga saat ini belum banyak rumah sakit di Indonesia yang memiliki fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah tulang belakang. Padahal kebutuhan sarana untuk penanganan kasus tulang belakang sangat diperlukan.
"Belum semua rumah sakit punya robotic system untuk membantu menganalisa kasus tulang belakang," tandasnya.
Dokter ahli ortopedi lainnya, Yudha Matha menambahkan, perlu kerjasama dari ahli berbagai dunia untuk menangani masalah gangguan tulang belakang. Kolaborasi dalam bedah tulang belakang akan memunculkan terobosan dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Kolaborasi akan membuat banyak pihak bisa bertukar ide, berbagi penelitian dan terobosan terbaru," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
Terkini
-
Target Wisata Sleman Saat Libur Nataru Turun, Dispar Pasang Proyeksi Lebih Realistis
-
Mahasiswa UNY Didakwa Bakar Tenda Polisi saat Demo di Mapolda DIY Agustus 2025 Lalu
-
Duh! 17 Ribu Lebih Titik Kebutuhan Penerangan Jalan di Sleman, Baru Setengahnya yang Standar
-
Peduli Satwa Dilindungi, Bocah Sleman Serahkan Trenggiling Temuan ke BKSDA Yogyakarta
-
Ingatkan Warga Waspada Cuaca Ekstrem, BPBD Yogya Soroti Kerentanan Kawasan Wisata