SuaraJogja.id - Pelajar dan masyarakat dengan finansial kalangan menengah ke bawah di Kota Yogyakarta masih menjadi sasaran empuk peredaran narkoba. Tidak hanya sebatas dijerat sebagai pengguna tapi juga pengedar.
Hal itu diungkapkan Kasatresnarkoba Polresta Yogyakarta, AKP Ardiansyah Rolindo Saputra. Harga yang lebih terjangkau membuat banyak pengguna yang terjerat di dalamnya.
"Jadi mereka itu untuk sasaran, karena obat jenis obaya ini harga cukup murah. Jadi memang sasaran boleh dikatakan oleh para pengguna yang menengah ke bawah, cuma lagi dari segi harga lebih ekonomis dan lebih murah," kata Ardiansyah di Mapolresta Yogyakarta, Rabu (11/9/2024).
"Sehingga beberapa orang yang sudah kita tangkap itu rata-rata pekerjaan swasta masih pelajar, mahasiswa. Bisa kita simpulkan sasarannya itu memang ke pelajar, pengangguran," imbuhnya.
Baca Juga: Ungkap Salah Satu Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di Kota Jogja, Polisi: Keluarga Tidak Harmonis
Disampaikan Ardiansyah, dari segi harga sendiri per botol yang berisi 1.000 butir obaya dibanderol dengan kisaran harga Rp1,1 -1,5 juta. Hal itu membuat mudahnya akses kepada anak muda dan kalangan yang secara finansial menengah ke bawah.
Belum lagi dengan temuan, sejumlah residivis yang kembali tertangkap atas kasus serupa. Ada banyak faktor yang membuat orang kembali melakukan tindak pidana tersebut.
Tergiur dengan bisnis obat-obatan berbahaya itu yang kemudian membuat tak sedikit masyarakat ikut terjerumus. Persoalan kesejahteraan masyarakat pun tak bisa dilepaskan begitu saja.
"Itu faktornya banyak, bukan berarti ada adiksi atau segala macam, rata-rata itu mereka yang residivis itu berdalih masih kepada kebutuhan, karena dari kesekian kali yang kita tangkap pekerjaan para tersangka rata-rata kan masih pengangguran dan alasannya sampai saat ini masih masalah ekonomi, masalah makan, masalah perut. Tetap dia menjual alasannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.
"Targetnya ke orang yang membutuhkan, biasanya dia mau enak mau murah. Rata-rata ya pelajar mahasiswa dan orang-orang menengah ke bawah," sebut dia.
Baca Juga: Kebun Anggur di Pekarangan Rumah? Warga Jogja Buktikan Lahan Sempit Bukan Halangan
Dikhawatirkan kondisi ini dapat merusak generasi penerus bangsa. Apalagi hampir 50 persen lebih data gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat di Kota Jogja terkait dengan penggubaan obaya.
Berita Terkait
-
Kembali Diperbincangkan, Teman dan Rekan Sebut Mental Justin Bieber Kacau
-
Fakta Polisi Aniaya Mantan dan Todongkan Pistol Ternyata Positif Narkoba
-
Penjara Prancis Diserang dengan Senjata Otomatis: Tanggapan Keras atas "Tsunami" Narkoba
-
Perjalanan Habbie, UMKM yang Berkembang dengan Dukungan BRI Hingga Pecahkan MURI!
-
Warung Bu Sum: Legenda Kuliner Jogja Bertahan Berkat Resep Rahasia & Dukungan BRI
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan